PROPAGANDA AMERIKA SERIKAT DIKAWASAN ASIA TIMUR

 
 
Pendahuluan
Asia Timur merupakan salah Regional dalam perpolitikan internasional yang terus mengalami perubahan secara bertahap dan menapak pada keberhasilan pembangunan ekonomi maupun politik, sehingga menjadi perhatian yang serius dari aktor internasional, terutama pasca munculnya pertumbuhan ekonomi china yang mendominasi perekonomiasn global dan mulai menunjukkan kemampuan Politik dan militernya. Disamping itu masih adanya persoalan yang cukup tegang baik yang berskala kecil maupuan yang berskala besar dalam masalah pertahanan dan kemanan baik di tingkatan Negara regional serta internasional masih mewarnai dinamika politik dikawasan maupun internasional seperti persoalan semenanjung korea serta masih tergantungnya jepang dalam kemiliteran dan masalah status pulau Okinawa. Dimana orientasi dalam memahami kontradik dalam kawasan ini sangatlah kompeksitas sehingga perlu diadakan suatu tinjauan yang parsial terutama dengan melihat dimensi dan dinamika didalam kawasan ini.

Peranan politik internasional tidak terlepas dari tindakan anarkisme yang masih di pengaruhi oleh paradigma hubungan internasional yang lama (Traditional Paradigm) dimana hal ini mempengaruhi eskalisi politik dunia yang bersifat insidental dan merupakan hal yang tak dapat diingkari ketika terjadi benturan-benturan pemahaman antar aktor state dan non-state mengalami banyak terutama balutan kepentingan, sehingga hal ini memungkinkan peranan politik yang elegan dimana peranan politik yang terpaut tegang serta cenderung anarkis lebih dapat di tanggulangi dengan tidakan serta pola-pola politik yang elegan seperti Propaganda, Negosiasi serta Diplomasi. Implikasi dari pada semua hal yang berkaitan dengan hubungan antar Negara baik itu dalam keadaan harmonis maupun keadaan yang tenang mengalami perubahan sesuai dengan pola tingkatan ketegangan serta perkembangan serta polarisasi dalam bentuk ekonomi, politik, sosial, budaya serta pariwisata.

Dalam sejarah politik internasional di kawasan, Fenomena dalam jangkauan politik regional dikawasan asia timurpun mengalami ketegangan terutama dalam dinamika pembangunan kerjasama regional yang selalu mengalami jalan buntu terutama karena dipengaruhi oleh faktor-faktor tehnis maupun non-tehnis, sehingga tujuan untuk membentuk integrasi regional dalam bentuk ekonomi-politik maupun pertahan kemanan menjadi semakin rentang, terutama dalam hal ini kita dapat menarik suatu pisau analisis historis yang mesih menimbulkan Tidak Harmonis (Inharmonism) dikawasan. Disisi lain Asia Timur merupakan kawasan yang terdiri dari banyak negara yang secara tradisional memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai kepentingan dan keamanan nasional, serta tidak adanya pengaturan keamanan kolektif (collective security)[i] yang terbentuk di kawasan ini. 

Kawasan ini juga kurang memiliki integrasi regional, Situasi keamana ekonomi politik yang kurang kondusif ini dapat memungkinkan amerika dalam menggunakan propaganda dalam mejalankan hubungan baik dengan negara-negara asia timur terutama bagi negar-negara yang mempunyai kedekatan pemahanman yang sama serta dapat di ajak bekerja sama. Dimana dalam upaya pembangunan kerjasama Amerika Serikat secara tidak langsung dapat mempengaruhi suatu negara, seperti propanganda Amerika Serikat kepada Jepang maupun Korea Selatan yang mana mempunyai kedekatan Ideologi yang dapat memungkinkan jalinan kerjasama dalam membangun suatu dinamika regional, dimana hal ini dapat membuat eskalasi politik di kawasan mengalami kondisi yang tidak kondusif, jika dikaji terutama oleh parameter nilai-nilai historis, ideology dalam kajian regional.

Amerika sendiri mempunyai satu rencana tersendiri terutama dalam membangun peranannya dikawasan asia timur terutama ketika muncul china sebagai satu kekuatan baru dunia serta masalah semenajung korea yang masih dalam rana keteganangan dimana ancaman Keamanan regional dan global oleh korea utara serta penguasaan ekonomi global oleh china merupakan bahan acuan tersendiri bagi amerika dalam melakukan suatu propaganda tersendiri dikawasan asia timur tentunya dengan melihat poensi kawan lawan serta tingkatan eskalasi ketegangan dalam menganalisa serta melakukan suatu kebijakan yang sifatnya soft power policy

Menurut Nancy Snow propaganda memiliki tiga karakteristik:
(1)    Merupakan komunikasi yang disengaja, dan dirancang untuk mengubah sikap orang yang menjadi sasaran;
(2)    Proganda dilakukan untuk menguntungkan kepentingan orang yang dituju;
(3)    Merupakan informasi satu arah. ( Nancy Snow, 2003)[1].

Kemajuan suatu negara sangat berkaitan erat dengan kemampuan propaganda melalui jalur diplomasi diluar negeri maupun kedalam negeri yang efektif. Kepentingan nasional berupa ekonomi dan politik dapat dijaga dengan strategi berdiplomasi. Tetapi berdiplomasi harus memiliki “nilai tawar” yang laku dijual. Bagaimana meningkatkan dan memperkaya nilai tawar, Salah Satu usaha untuk itu adalah dengan melakukan propaganda dimana propaganda merupakan salah satu bagian yang tak dapat terpisahkan dengan diplomasi.

Diplomasi memiliki kaitan yang erat dengan politik luar negeri, karena diplomasi merupakan implementasi dari kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh pejabat-pejabat resmi yang terlatih,sedangkan propaganda merupakan upaya segelitir orang, kelompok, maupun Negara tertentu untuk memanipulasi pemahaman khalayak umum melalui media komunikasi formal, sehingga secara menyeluruh hal ini berhubungan satu sama lain dan mendapat momentum yang lebih efektif dalam polarisasi ideology, sikap serta perilaku yang berimplikasi pada perilaku para aktor internasional, sebagai contoh dimana pengaturan tata politik dunia yang mengalami ketegangan dapat di tanggulangi dalam bentuk tindakan yang dapat mengurangi resiko dalam bentuk peranan politik yang moderen dimana aktor-aktor internasional dapat mengambil sisi positif dengan adanya ketegangan antar Negara, regional serta global, disini faktor yang mempunyai peranan yang fundamental yaitu dengan adanya peranan politik yang lebih fleksibel dan netralistis sehingga semua aktor dapat mengambil tindakan sesuai dengan kepentingan negaranya masing-masing.

Peran Strategi Amerika Serikat Di Asia Timur
Situasi politik keamanan mau tidak mau tetap menjadi masalah penting yang dihadapi setiap negara. Prinsipnya, dunia masih terbuka dengan ancaman yang makin berat. Transformasi dan dinamika ekonomi politik yang terjadi ditingkat global turut menyumbang pengaruh signifikan pada perubahan-perubahan situasi politik keamanan tersebut. Era modern justru semakin menunjukan eskalasi konflik keamanan yang semakin menajam. Beberapa kawasan bahkan menujukkan intensitas dan jati diri serta kualitas yang semakin meningkat. Data peningkatan ini sebanding dengan fakta ketegangan politik yang semakin intensif dan mendorong masing-masing negara untuk unjuk kekuatan sebagai politic of detence ( politik gertakan).

Peranan Politik Amerika Serikat di kawasan Asia Timur secara menyeluruh bila di telaah, maka dapat memakai pisau analisis historis deskriptif serta prediktif, sehingga metode dalam menelaah studi kasus asia timur dapat tertata rapi sesuai dengan dimensi dan dinamika yang berkembang, ketiga metode pendekatan diatas jika dikaji, terutama dalam gaya berdiplomasi amerika serikat dikawasan asia timur sepintas menjadikan Semangat propaganda amerika serikat dikawasan asia timur telah mengalami beberapa perubahan strategi yang signifikan. Terutama dalam menata ulang peta perpolitikan regional oleh amerika serikat dimana tahapan ini dibutuhkan dalam pola penerapan kebijakan yang diimplementasikan dalam diplomasi, negosiasi serta propaganda sehingga tahap pembenahan, mengalami suatu dinamika pergeseran.

Beberapa hal yang berkaitan erat dengan antagonisme politik dikawasan asia timur yaitu terletak pada beberapa sektor yang belum ada kejelasan yang menyeluruh serta memunculkan kesepakatan bersama dalam bentuk integrasi kawasan baik itu secara abstrak maupun menyeluruh, hal ini merupakan dampak dari fenomena yang begitu kurang kondusif dikawasan, sehingga kemudian dapat melahirkan beberapa fenomena seperti adanya kesejangan aktor-aktor internasional dikawasan asia timur terutama dalam hal ini Negara-negara dikawasan ini. 

Dimanan perilaku Negara dikawasan ini sepintas terlihat kurang fleksibel dalam membangun keharmonisan menyeluruh antar actor state yang mengakibatkan, Negara-negara dikawasan ini mengadakan hubungan baik serta efektif keluar dari konteks regional, seperti yang terlihat dengan adanya beberapa, perilaku internasional China yang cenderung bergabung dalam ASEAN dalam inegrasi CAFTA serta Negara-negara ASEAN, China, Jepang, Korea Selatan, dalam bentuk ASEAN+3, kemuadian kesenjangan inipun merupakan suatu hal positif tersendiri bagi Amerika Serikat yang mana mempunyai suatu kesan politik tersendiri dalam upaya menjadikan pamornya menjadi salah satu actor yang dominan dalam bentuk strategi seperti, kebijakan-kebijakan politik dan ekonomi serta dalam isu-isu fenomenal kontemporer dalam skala politik internasional, terutama dalam penerapan kebijakan yang betul-betul menyeluruh.

Diplomasi Amerika Serikat Serta Implikasi Terhadap Peranan Strategi Dikawasan Asia Timur
  1. Negara Sebagai Aktor Dominan Dalam Politik Internasional
Peranan negara dalam melebar luaskan kepentingannya selalu menggunakan alat serta pendekatan dalam hubungan internasional dalam memegang peranan terutama dalam bidang komunikasi internasional, sehingga untuk melebar luaskan factor-faktor kepentingannya maka, Negara merupakan aktor yang mengatur tata politik dunia melalui jalur dan media diplomasi. Aktor Negara menjadi salah satu sektor fundamental dalam mengadakan hubungan diplomatik dalam upaya-upaya teknis maupun non-teknis hal ini sedianya menjadi patokan tersendiri demi mencapai tujuan suatu Negara dalam skala politik internasional baik itu pada masa perang maupun damai.

Pengaruh Negara di sektor kawasan dan internasional merupakan suatu pencapaian dalam rangka mencapai kepentingan-kepentingan yang menjadi faktor pendukung, sehingga keterbukaan antar aktor state menjadi suatu pengingkaran melainkan faktor pendukung apa lagi sifat dan ketergantungan antar aktor Negara semakin mencapai proses depensi baik itu dalam bentuk ekonomi politik maupun militer.

Disamping itu kekuasaan (Power) merupakan roh dari pada beberapa negara besar terutama oleh Amerika Serikat dalam melakukan beberapa pendekatan tersendiri seperti halnya melalui jalur diplomasi Negara-negara besar mampu melalukan tindakan secara persuasif, koersif , maupun teguran baik itu dalam konteks ekonomi, politik, militer, institusional, teknologi, social. Negarapun secara tidak langsung memainkan peranan dalam rana diplomasi melalui beberapa aktor ataupun subaktornya dimana masing-memberikan kontribusi sehingga kiranya Negara menjadi sumber aktor utama dalam pergulatan politik internasional.

Propaganda Amerika Serikat Dalam Sektor Militer Ekonomi Dan Politik
Korea Utara dan Korea Selatan
Kekuatan militer merupakan factor fundamental dalam menjaga stabilitas yang kondusif terutama dalam menjaga stabilitas pertahanan dan keamanan Negara masing-masing, Hal ini mengindikasikan bahwa Dinamika kawasan Asia Timur Terkhusus bagi semenanjung Korea masih merupakan salah satu area militer paling tegang di dunia. Meskipun tengah menghadapi masalah ekonomi yang serius, Korea Utara sedang mengembangkan dan melakukan uji coba rudal balistiknya.

Ketegangan dua korea dalam pergulatan politik internasional dapat terjadi karena faktor historis serta ideology dimana kedua hal ini merupakan bagian terpenting dalam tatanan politik domestic masing-masing regional maupun internasional. Dua fenomena diatas merupakan keterwakilan dalam menelah hubungan perpolitikan diantara korea utara dan korea selatan. Hal ini dapat terlihat ketika beberapa terjadi beberapa peristiwa persitiwa insidetal antar kedua korea dimana, Kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam akhir Maret lalu setelah diserang dengan torpedo oleh Korea Utara. Demikian hasil penelitian tim internasional. Semua awak kapal Korea Selatan tewas dalam serangan itu. Dimana hal ini mendapat tanggapan langsung dari media-media internasional seperti berikut:

Harian Jerman Süddeutsche Zeitung menulis:
Perang Korea dimulai Juni 1950 dan sebenarnya belum berakhir sampai sekarang. Karena tidak ada perjanjian perdamaian antara kedua negara di semenanjung Korea. Juga tidak ada gencatan senjata yang sebenarnya, sekalipun kesepakatan semacam itu ada di atas kertas. Sulit membayangkan ada aturan atau perjanjian mengikat yang akan ditaati oleh Korea Utara. Negara itu ingin mempertahankan situasi perang karena rejimnya hanya bisa bertahan kalau ada ketakutan terhadap musuh-musuhnya. Jika rejim Korea utara mau menerima aturan hukum dan tata cara diplomasi internasional, mungkin negara itu sudah tidak ada lagi. Serangan terhadap kapal korvet Cheonan bukan sebuah kekeliruan. Dan ini bukan perkara kecil. Serangan terhadap sebuah kapal perang adalah tindakan perang.

Harian Inggris Times berkomentar:
Penembakan torpedo yang tidak beralasan terhadap sebuah kapal perang Korea Selatan adalah tindakan agresi. Tindakan ini memang cocok dengan pola terorisme negara dan kebencian terhadap luar negeri yang dikembangkan Korea Utara. Bagi dunia beradab, kemungkinan untuk melakukan langkah balasan memang terbatas. Karena sebuah rejim, yang sama sekali tidak peduli pada pandangan internasional maupun pada nasib rakyat yang ditindasnya, tidak bakal peduli pada berbagai resolusi dan sanksi. Sekalipun demikian, tetaplah penting bagi dunia internasional untuk mengeluarkan kecaman keras, secara luas dan dengan satu nada. Bisa ditebak, ini tidak punya dampak banyak pada pihak agresor. Tapi ini bisa mengingatkan, bahwa tak ada gunanya melakukan pendekatan kepada Pyongyang.

Harian Swiss Basler Zeitung menanggapi:
Pertanyaannya adalah, mengapa pihak Korea Utara melakukan serangan itu. Mungkin ada pihak yang ingin mencari perhatian di dalam negeri, sehubungan dengan mendekatnya pergantian kekuasaan karena sakitnya Kim Jong Il. Para Jendral yang belakangan makin kuat pengaruhnya akan merayakan penembakan terhadap Cheonan sebagai kemenangan dan memperkuat posisinya sebagai pewaris kekuasaan. Untuk menghindari kegilaan selanjutnya, para sekutu kedua Korea harus bertindak. Amerika Serikat harus menenangkan Korea Selatan, sedangkan China harus menekan Korea Utara

Hal-hal yang berkaitan dengan pertikaian antara Negara idealnya menjadi lebih tegang dimana para aktor Negara yang mendapat akibat dari pada suatu bentuk ancaman dari Negara lain selalu menggunakan tindakan langsung dengan menggunakan jalur perang ataupun Damai, Namun Hal ini Kiranya ditanggapi oleh Korea Selatan dengan Operasinya yang digelar sebagai reaksi terhadap Korea Utara yang menghentikan  kesepakatan perlindungan militer bilateral. Termasuk perjanjian tahun 2004, yang berisi kesepakatan menghindari bentrokan di Laut Kuning. Pemerintahan di Seoul ingin menunjukan kekuatan pertahanannya, setelah kapal selam Korea Utara melancarkan serangan torpedo ke kapal perang Korsel tanggal 26 Maret silam.

Sebuah komisi penyelidik internasional menyimpulkan Korea Utara bertanggungjawab  dalam kasus serangan tersebut. mediasi melalui  jalur dialogpun dilakukan dimana amerika serikat mempunyai momentum dalam memainkan peranan sebagai aktor penyeimbang dalam proses penyelesaian persoalan-persoalan secara langsung maupun tidak langsung, Korea Selatan dan Amerika Serikat meningkatkan kesiagaan pasukannya hingga siaga II.

Namun secara emosional yang menjadi tanggapan untuk melakukan responsibilitas melalui jalan damai atau perang adalah Negara-negara dikawasan asia timur itu sendiri terutama China, Jepang dan Korea Selatan dalam Proses menindak lanjutan persoalan ini. Dimana pendekatan pendekatan budaya merupakan acuan aktor internasional dikawasan dalam mengambil sikap terhadap hubungan Korea Utara dan Korea Selatan, pendekatan budaya memang merupakan salah satu instrument dalam menurunkan ketegangan antara duo korea karena pendekatan politis hanya dapat menimbulkan bertambahnya ketegangan antara korea utara dan korea selatan dimana hal ini sudah terbukti ketika Korea Utara tidak mengakui garis batas yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa setelah perang Korea, namun dalam rana politik internasional amerika sebagai aktor tunggal dalam unilateralisme ekonomi maupun politik dapat saja melibatkan diri didalamnya namun sebagai “Back Ground Of Political Power”.

China
Persoalan militer yang semakin mendesak membuat china berfikir ulang mengenai strategi militernya dikawasan regional maupun internasional, hal ini tentunya sebelumnya menjadi hitungan aktor intenrasional terhadap pencapaian china dalam tahapan yang begitu fenomenal dalam masalah kemeliteran sebab dari semua negara Asia, China saat ini mengeluarkan dana terbesar untuk aparat militernya, Namun upaya-upaya yang telah di argumentasikan ini tidak menjadi jaminan dalam peta perpolitikan dunia sebab semua 

Negara maju mengangkat superioritas dan pengaruh baik itu di tingkatan regional maupun internasional persoalan ini kiranya akan ada keterkaitan, Dimana Negara yang meratifikasi perjanjian non-proliferasi senjata nuklir menyepakati langkah-langkah untuk membatasi senjata nuklir di seluruh dunia. Lima negara nuklir Amerika Serikat, Russia, Cina, Perancis dan Inggris berkomitmen untuk mengurangi arsenal senjata nuklirnya, Ini meningkatkan tekanan terhadap Israel yang sama seperti India, Pakistan dan Korea Utara memiliki senjata nuklir tapi tidak meratifikasi perjanjian non-proliferasi. Uni Eropa menyambut baik kesepakatan yang diluncurkan negara yang meratifikasi perjanjian non-proliferasi[4],

hal ini kiranya yang diantisipasi oleh china terutama pasca peningkatan serta pertumbuhan anggaran militer yang belakangan mengalami penurunan serta pertumbuhan anggaran militer diminimalisir dan kemudian terjadi peningkatan ekonomi tanpa mengabaikan kekuatan militer dalam negeri. Dimana China menjadi aktor yang paling dominant dalam dinamika perpolitikan di kawasan. Bagi Amerika Serikat, Hal ini menjadi perhatian serius terutama dalam mejaga stabilitas Ekonomi Politik serta Militer Dikawasan serta menjalin perhatian yang serius terhadap perkembangan starategi regional yang mengalami pertumbuhan baik itu secara sengaja maupun tidak di sengaja. Perlu di telaah dan dipahami lebih mendalam lagi Oleh China, tentunya tidak terlepas Berkat pertumbuhan ekonomi dalam negeri, sehingga China tidak serta merta mempunyai dana untuk memodernkan dan meningkatkan kekuatan militer mereka. Tapi itu tidak berarti mereka benar-benar menggunakan senjata. Kendati demikian, itu bisa membuat masalah-masalah yang ada menjadi “tantangan” yang berbahaya.

Jepang
Sementara itu Jepang merupakan actor dominan dalam percaturan politik dikawasan asia timur terutama pasca Perang Dunia II ketika jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, dimana hubungan yang inharmonis antara amerika dan jepang selama PD II Mengalami pergeseran  yang signifikan, sehingga memungkinkan peranan jepang dikawasan mengalami pergeseran terutama dalam persoalan pertahanan keaman diaman kecenderungan militer yagn selalu dependensi terhadapa baik itu dalam hal kebijakan maupun dalam bentuk logistic dan perjanjian-perjanjian yang masih meninggalkan bukti historis bahwa jepang tidak serta merta meninggalkan amerika serikat dikawasan dalam pola penerapan kebijakan amerika sendiri hal ini dapat di kaitkan dengan beberapa hal yang bersangkutan dengan perjanjian amerika jepang dalam bentuk pakta pertahanan kemanan seperti Japanese American Security Treaty[ii], hal ini merupakan keterwakilan dinamika politik yang harmonis serta inkonsitensional baik itu dari pandangan Amerika-Jepang dalam hubungan politik antara kedua Negara terutama pasca PD II usai sehingga menjadi buah pemikiran bersama dalam menjaga dinamaika inkonsitensi dalam hubungan bilateral regional maupun internasional.

Hal lain yang dapat dilihat dari harmponisasi hubungan Amerika Jepang Adalah Dengan ditetapkannya kembali Okinawa sebagai basis militer Amerika dimana as dan jepang mengakui bahwa kehadiran pasukan militer AS di Jepang, termasuk Okinawa, memberikan gertakan dan kapabilitas yang diperlukan bagi pertahanan Jepang dan bagi pemeliharaan stabilitas regional, bunyi pernyataan gabungan dari Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Menteri Pertahanan AS Robert Gates, Menteri Luar Negeri Jepang Katsuya Okada dan Menteri Pertahanan Jepang Toshimi Kitazawa. Menegaskan kembali perjanjian tahun 2006 melegakan Washington. Dalam sebuah percakapan telepon dengan Presiden Obama pada hari Jumat pagi waktu Jepang, Hatoyama mengatakan bahwa Obama menyampaikan penghargaannya bahwa kedua negara bisa mencapai kesepakatan itu[5].

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger