Geopolitik dan Politik Luar Negeri Turki

Jika terlontar pertanyaan mengenai negara mana di dunia yang memiliki keunikan secara geopolitik dan sosial budaya, rasanya Turki salah satu jawabannya. Negara yang berlokasi di dua benua sekaligus, Asia dan Eropa, memiliki budaya yang blasteran – perpaduan Eropa dan Asia (Timur Tengah), serta berpenduduk berperawakan unik yang juga blasteran – wajah Asia (Timur Tengah) dan kulit Eropa. Keunikan kondisi geografis dan demografis yang dimiliki Turki boleh jadi merupakan anugerah Tuhan, namun jika Turki berhasil memainkan politik regionalnya, maka itu bukan semata anugerah Tuhan, melainkan juga usaha keras bangsanya.

Sebagai negara yang memiliki stabilitas demokrasi yang telah mapan dan ditunjang dengan stabilitas ekonomi yang memadai, menjadikan Turki sebagai negara liberalis baru dalam pendekatan teori hubungan internasional. Promosi demokrasi Erdo?an yang berhasil memadukan Islam, demokrasi,  modernisasi sekaligus sekularisme kepada Mesir, Suriah dan beberapa negara Afrika Utara, memposisikan politik luar negeri Turki semakin strategis, bukan hanya di mata negara kawasan Timur Tengah, tapi juga negara-negara barat.

Sejarah telah mencatat bahwa Turki merupakan salah satu scenario maker bagi gerakan perubahan di sejumlah negara Timur Tengah. Runtuhnya rezim Khadafi boleh diklaim sebagai salah satu prestasi Turki yang notabenenya menjadi pimpinan operasi gabungan NATO di Libya. Pascalengsernya Hosni Mubarrak dari tampuk kekuasaan, telah memberikan peluang yang sangat besar bagi Turki untuk menempati posisi penting di Timur Tengah sebagai agresor politik baru menggantikan Mesir.

Di tengah hiruk pikuknya usaha negara-negara Barat yang berambisi menguasai kawasan Timur Tengah demi minyak bumi yang dikandungnya, Turki datang sebagai idola baru di kawasan tersebut. Melalui operasi gabungan NATO 2011 lalu, Turki berhasil menanam investasi politiknya di kawasan itu. Turki menjajal peruntungan untuk melaksanakan politik luar negerinya, yakni berambisi menjadi bagian dari Uni Eropa, sekaligus menjadi agresor di Timur Tengah. Upaya Turki untuk mencapai ekspektasinya itu, bukan sebatas wacana hampa semata.
 
Spirit mengembalikan masa kejayaan Osmani (Ottoman) memotivasi Turki memainkan manuver politik luar negerinya. Hasrat kuat Turki untuk menjadi bagian dari Uni Eropa didorong oleh keinginan yang kuat untuk mensejajarkan diri dengan negara-negara Uni Eropa yang mayoritas berkategori maju dapat dijadikan alasan mengapa spirit romantisme sejarah dijadikan agenda perjuangan politiknya. Turki memang memiliki prestasi yang luar biasa dalam melakukan pembenahan internal. Salah satu buktinya adalah berhasil menjadi negara yang tidak mengalami dampak dari krisis Eropa.
 
Meskipun spirit yang sangat kuat serta upaya keras telah dilakukan oleh Turki untuk mensejajarkan diri dengan negara-negara Uni Eropa, pengesahan Turki sebagai bagian dari Uni Eropa belum juga terlaksana. Sejumlah negara anggota Uni Eropa masih meragukan Turki mampu berbenah untuk mensejajarkan diri. Faktor perbedaan budaya dan agama samar-samar terdengar menjadi penyebabnya. Kendati Turki telah masuk sebagai anggota European Court of Human Rights (ECHR) dan mengantongi dukungan penuh dari rakyatnya untuk bergabung dengan Uni Eropa – hasil survei Harian Zaman (2011) – namun, ketuk palu tak kunjung dilakukan. Meski begitu, tidak membuat Turki menjadi negara ‘pengemis’. Turki masih berani menentukan sikap mengancam akan membekukan kerjasama apapun dengan Uni Eropa apabila Siprus – negara sengketa Turki dan Yunani – dinobatkan menjadi negara pemimpin Uni Eropa pada Juni 2012 ini.

Dalam beberapa dekade terakhir, nama Turki memang kerap digadang sebagai negara modern di kawasannya. Manuver politik Turki terbilang cukup pesat seiring dengan perubahan dan pembenahan internalnya. Kemampuan Turki untuk melakukan upaya-upaya membangun hubungan diplomatispun tak ayal memperoleh respons baik, bukan hanya dari negara-negara sekawasan saja, melainkan juga dari negara-negara Barat seperti Amerika. Bukti konkret terjalinnya keharmonisan hubungan Amerika-Turki, Barack Obama menjadikan Turki sebagai negara Islam pertama yang dikunjungi setelah pelantikannya menjadi Presiden dan satu-satunya negara euro-asia yang dicantumkan secara khusus dalam kampanye Obama tahun 2007 dalam promosi kebijakan politik luar negeri [www.barackobama.com]. Amerika-Turki juga menjalin kerjasama di bidang pertahanan dan keamanan, di antaranya melakukan operasi bersama dalam misi pemberantasan terorisme dan PKK di wilayah Turki bagian Timur. Sekali lagi, meskipun hubungan Amerika-Turki sudah sangat baik, tidak berarti bahwa Turki mudah didikte oleh siapapun. Penolakan keras Turki untuk mengharmonisasi hubungannya dengan Israel tetap dilakukan menyusul penyerangan kapal Mavi Marmara dalam misi kemanusiaannya ke Palestina pertengahan 2010 yang menyebabkan 9 orang tewas. Sikap tegas Turki bahkan hingga melakukan pengusiran terhadap Duta Besar Israel di Turki dan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Israel, termasuk menolak segala bentuk bantuan Israel bagi korban bencana gempa di Van.

Agresifitas politik luar negeri Turki tidak hanya berhenti pada agenda bergabung dalam Uni Eropa. Turki melakukan kerja politik lainnya guna melakukan balance of power. Turki melakukan upaya memperbaiki hubungan dengan Iran yang sempat memanas lantaran melayangkan protes terhadap perkembangan nuklir Iran yang diduga berdampak besar terhadap situasi geopolitik Timur Tengah. Belakangan, hubungan Turki-Iran berangsur membaik pasca-pernyataan resmi menteri luar negeri Ahmet Davuto?lu yang berjanji untuk tidak lagi mengintervensi program nuklir Iran. Di sisi lain, Turki memiliki prakarsa untuk menjadi aktor baru dalam perdamaian Palestina. Erdo?an mengindikasikannya melalui pernyataannya: “pengakuan Palestina sebagai sebuah Negara merdeka adalah satu-satunya solusi. Ini bukan pilihan tapi kewajiban. Mari kita semua sesegera mungkin bersama-sama mengibarkan bendera Palestina….Kita kibarkan bendera Palestina di Timur Tengah, agar ia menjadi simbol perdamaian dan keadilan.”  Sikap Turki membuat Ismail Haniya – Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina – untuk terus menjaga hubungan baik dengan Turki. Dijadikannya Turki sebagai negara pertama yang dikunjungi pada awal Januari tahun 2012 ini.

Agresifitas politik luar negeri tidak hanya dijalankan oleh negara (state actor), lebih dari itu organisasi sosial dan pendidikan menjalankan kerja politik luar negeri yang tak kalah handalnya dengan negara (non state actor). Agregasi yayasan pendidikan Turki membawa masuk pelajar dari kawasan Afrika Utara, Afrika Tengah, Afrika Selatan, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara ke Turki dapat dibaca sebagai wujud investasi politik luar negeri Turki di masa depan. Gerakan Fethullah Gülen (Gerakan memadukan model modernitas keIslaman dan toleransi keberagaman dengan diilhami oleh ideologi Hizmet-pelayanan umat yang dibungkus dengan fedakarl?k-pengorbanan) berhasil mendirikan sekolah Turki di hampir 130 negara terbaca linier dengan politik luar negeri Turki. Bukan hanya itu, pemberian bantuan sosial kepada negara bagian Afrika dan Asia yang terkena bencana alam dan konflik sosial seperti di Somalia, Nigeria, Uganda, Rwanda, Pakistan, Bangladesh, Indonesia telah menjadi hal yang kerap terdengar dalam agenda-agenda kerja yayasan sosial di Turki.

Kepiawaian Turki memainkan politik luar negeri tidak terlepas dari ‘para aktor politik’-nya. Turki berhasil mengkombinasikan state actor dan non-state actor dalam melancarkan strategi politik luar negerinya. Akselerasi politik luar negeri Turki tersebut bisa jadi merupakan bentuk mewujudkan spirit imperium politik Turki Usmani Baru.

M Syauqillah
Penulis adalah Ketua Majelis Permusyawaratan Anggota Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Istanbul dan Mahasiswa Program Doktoral Jurusan Ilmu Politik Institute Ilmu Sosial Universitas Marmara, Istanbul, Turki

sumber disini

KEBANGKITAN CHINA MENURUT REALIS




Di dalam benak saya, tidak terlintas ada kata-kata kebangkitan China. Tetapi, internet dan media mendogma bahwa China memang sedang bangkit. Kenapa harus bangkit? Bangkit dari apa? Bagi saya, China tetap sebuah imperium hasil unifikasi suku-suku di wilayah China sekarang yang dapat kita lihat dalam film Three Kingdom atau komik No Man’s Land. Tulisan ini berupaya untuk memaparkan bagaimana pandangan realis tentang kebangkitan China.

Mitos Ambruknya China
Mungkin, film The Last Emperor mewakili gambaran nyata berakhirnya imperium China. Kaisar China [yang dianggap terakhir menurut film itu] yang masih kecil, akhirnya diisolasi di sebuah istana dan tetap diperlakukan selayaknya kaisar tanpa harus tahu apa yang terjadi di luar istana: China telah berubah menjadi Negara baru, yakni Republik Rakyat China. Berakhirnya imperium adalah tanda jatuhnya China. Inilah mitos pertama. Kenapa? Metamorphosis ulat ke kupu-kupu tidaklah membuat kupu-kupu itu mati meski ia begitu payah menjalaninya. Perubahan system pemerintahan di China tidak bisa serta merta menganggap China jatuh. Itu hanya persepsi.

Dengan runtuhnya Tembok Berlin, dengan bersatunya kembali Jerman Barat dan Jerman Timur, dengan takluknya Lenin dan Stallin serta bubarnya Uni Covyet, menandai kalahnya komunisme di seluruh dunia. Negara-negara aliansi blok Timur itu kalah semuanya oleh Negara-negara blok Barat. Karena China adalah Negara komunis dan partner-partner sudah kalah, maka China pun sudah kalah oleh AS dan sekutunya. Ini mitos kedua. Kenapa? Karena meski demokrasi digulirkan dimana-mana, China tetap Negara komunis hingga saat ini.

Bagaimana dengan bencana kelaparan yang melanda China? Tidakkah ini menunjukkan jatuhnya China? Pada tahun 1959-1961 terjadi bencana kelaparan. Sekitar 30 juta warga Cina diperkirakan meninggal. Ketika itu, Mao sedang merencanakan revolusi industri besar-besaran dengan apa yang disebut Loncatan Besar ke Depan. Semua sektor dikelola secara kolektif dan diatur dengan ketat. Karena rencana pertanian yang salah, akibatnya terjadi bencana kelaparan besar. Swadaya yang diinginkan Mao telah membunuh rakyatnya sendiri. Tapi dengan hal itu, para pemimpin China mempunyai pengalaman berharga untuk tetap bertahan dan bangkit mengatasi kesulitan-kesulitan yang terjadi.

Persepsi Orang China tentang Kebangkitan China
Kebangkitan China, khususnya kebijakan luar negri, dimotori oleh para ‘think tanks’ yang terdiri dari para spesialis, para akademika, pensiunan diplomat dan komentator media. Mereka berasal dari lembaga-lembaga seperti Chinese Academy of Social Sciences, Development Research Center of the State Council, Chinese Academy of Sciences, Academy of Military Sciences, China Institute of International Studies, China Institute of Contemporary International Relations, China National Committee for Pacific Economic Cooperation, China Association for Science and Technology, China Institute for International Strategic Studies, dan Shanghai Institute for International Studies. Mereka mempengaruhi persepsi orang-orang China meliputi isyu-isyu seperti mimpi China menjadi great power, persepsi tentang ‘China Threat Theory’, persepsi tentang ke-China-an dan pandangan tentang masa depan dunia. Pendekatan yang mereka pakai adalah ‘pluralistic elites’, yakni meski keputusan tetap berada di tangan para elit, namun tidak ada satupun konsensus yang dibangun oleh para pemimpin tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan departemen pemerintahan dan para think tank.

Keinginan untuk menjadi great power bagi orang China tidak bisa lepas dari sejarah besar bangsa ini sebagai sebuah imperium yang berkuasa lebih dari 5000 tahun. Rasa bangga ini bisa menjadi dasar nasionalisme dan kunci pendorong orang-orang China dalam rangka meraih kembali status great power. Anggapan China sebagai great power muncul sekitar tahun 1940an ketika Amerika Serikat berupaya melakukan counterbalance [penyeimbang tandingan] terhadap Jepang dan Rusia . Hal ini dimotivasi juga dengan keinginan mengejar zonghe guoli (comprehensive national power) yang terdiri dari empat kategorisasi, yaitu (i) basic power (populasi, sumber daya alam, dan kesatuan nasional), (ii) economic power (kekuatan industry, agrikultur, ilmu pengetahuan dan teknologi, kekuatan keuangan, dan perdagangan), (iii) national defense power (sumber daya strategi, teknologi, kekuatan militer, dan nuklir), dan (iv) diplomatic power (kebijakan luar negeri, sikap terhadap urusan internasional, bantuan luar negeri, dan sebagainya). Sebagai langkah awal, pada saat ini China lebih memperkuat aspek ekonomi guna menyokong dimensi militer dalam konsep keamanan nasionalnya. Misalnya, pada bulan November 2000 China dan ASEAN memulai negosiasi tentang Free Trade Agrement. Kemudian, setelah krisis 1997, China menggeser ASEAN sebagai Negara yang mempunyai prospek cerah dalam masalah investasi asing langsung di Asia.

Prospek cerahnya China ini malah menimbulkan kekhawatiran. Para analis mengabadikannya dalam sebuah teori, yakni “China Threat Theory” yang memunculkan varian seperti “China economic threat,” “China grain threat,” “China environment threat,” “China military threat,” “China civilization threat,” “China energy threat,” “China diplomacy threat,” dan “China model threat.”. Teori ini memicu munculnya reaksi Anti-China, terutama dari Negara-negara Barat, Jepang, bahkan Asia. Teori ini mendasar pada persepsi tentang identitas ke-China-an, bahwa orang China itu bisa dibedakan dengan non-China. Dimana pun ia berada, ia tetap China. Persepsi ini menimbulkan reaksi ancaman laten terhadap China dari non-China.
Dalam pandangan orang China, kebangkitan China merupakan hasil dari Zhenxing Zhonghua yang dimulai oleh Sun Yatsen, penegak China modern. China menginginkan status kejayaan yang pernah hilang. Para pendiri China modern itu melihat perekonomian China terlalu lemah untuk mendukung status superpower. Karena itulah mengapa perekonomian China harus dibangun dengan kuat untuk mengembalikan kejayaan.
Namun semangat Anti-China bisa menjadi penghambat besar dan dirasa perlu untuk meng-counter hal itu. Salah satunya dengan mengembangkan kerjasama keamanan internasional. Melalui kerjasama diharapkan persepsi tentang ‘China Threat’ menurun di kalangan pemerintah Negara lain yang nantinya disampaikan secara halus oleh pemerintah tersebut kepada rakyatnya. Contohnya, baru-baru ini China dan Rusia mengembangkan kerjasama bilateral yang cukup intens.

Rusia dan Cina hendak meningkatkan kerja sama di sektor energi, explorasi kekayaan bumi dan perluasan infrastruktur. Pada hari Senin, tanggal 12 Oktober 2009, Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin tiba di Beijing untuk menandatangani sederetan perjanjian ekonomi. Sekitar seratus wakil perusahaan mendampingi Putin dalam lawatan selama tiga hari di Beijing. Berbagai perjanjian senilai lebih dari 3,5 milyar Dolar telah dipersiapkan, seperti untuk sektor perbankan, bangunan, transportasi, infrastruktur, dan terutama lagi sektor energi.

Secara resmi, Moskow dan Beijing terjalin dalam hubungan kemitraan strategis. Kunjungan timbal balik para presiden dan perdana menteri sudah biasa. Salah satu lawatan pertama ke luar negeri dari Presiden Rusia Medvedev setelah memangku jabatannya bulan Mei tahun 2008 lalu, dilakukannya ke Cina. Ketika itu Medvedev mengatakan: “Sektor energi kami akan terus berkembang. Yang diprioritaskan adalah teknologi canggih seperti energi atom, penerbangan ruang angkasa, teknologi nano dan informatika.”
Sengketa ideologi di tahun 60-an dan 70-an sudah dilupakan. Dalam berbagai masalah politik dunia Moskow dan Beijing sering sejalan. Misalnya dalam soal Iran, kedua negara mengritik Amerika Serikat di bawah Presiden Bush. Selain itu mereka juga menuntut perluasan cadangan devisa dengan Yuan dan Rubel. Volume perdagangan antara Rusia dan Cina meningkat dari 10 milyar menjadi sekitar 50 milyar Dolar sejak tahun 2002. Lebih dari 50 persen pemasukan Rusia diperoleh dari ekspor minyak. Rusia menyayangkan bahwa ekspor mesin dan peralatan masih sangat sedikit. Bulan Juli lalu perusahaan negara Rusia Rosneft dan perusahaan energi Cina CNPC menjalin kerjasama untuk 20 tahun ke depan. Rosneft memasok minyak dan Cina memberikan kredit berjumlah milyaran Dolar. Bisnis serupa di sektor gas diperkirakan akan ditandatangani oleh Putin dalam lawatannya ini.
Bulan September lalu, Presiden Rusia Medvedev dan rekannya Hu Jintao sudah menandatangani perjanjian di New York. Perjanjian yang akan berlaku sampai tahun 2018 itu merencanakan, bahwa di daerah dekat perbatasannya, Cina membangun pabrik pengolahan untuk bahan baku Rusia seperti batubara, bijih besi dan logam mulia.
Budaya

Masuknya aspek budaya dalam kajian realism diperkenalkan oleh Samuel Huntington. Dari tujuh peradaban yang disuguhkan Huntington, China merupakan satu peradaban tersendiri. Setiap peradaban mempunyai karakteristik dan potensinya sendiri. China diperhitungkan sebagai peradaban sendiri, selain aspek sejarah, juga karena ketersebaran orang China di dunia dengan tetap memiliki rasa ke-China-annya. Ketersebaran ini bisa memudahkan kebangkitan China secara lembut (unsur soft power).
Guna mendukung bangkitnya China dengan cara yang lembut sehingga tidak ada Negara atau bangsa yang merasa terancam karenanya, penulis melihat China telah melakukan beberapa propaganda. Pentingnya propaganda budaya terlihat dari pernyataan Li Changchun , anggota politbiro yang mengurusi propaganda. Ia mengatakan bahwa bangsa-bangsa dengan kemampuan komunikasi terkuat menyebarluaskan budaya dan nilai-nilainya ke seluruh dunia dan dengan begitu mempengaruhi dunia.
Sampai tahun 2011, Beijing menghabiskan sekitar lima miliar Euro untuk pengembangan media luar negerinya. Sebagian besar dikucurkan untuk stasiun televisi berbahasa Inggris di bawah Kantor Berita Xinhua, “Global Times” yang mengudara sejak April lalu.
 
Bertahun-tahun sebelumnya, Beijing sudah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan institut budaya Cina. Institut Konfusius pertama dibuka di Seoul, tahun 2004. Sekarang jumlahnya mencapai 300 buah, tersebar di seluruh dunia. Di Jerman saja ada 8 buah. Program intinya, kursus bahasa Cina. Menurut Anja Warnecke-Bi, memimpin institut Konfusius di Frankfurt, peran ekonomi Cina di dunia semakin besar, dan Beijing tidak ingin Cina dilihat sebagai ancaman. Lewat Institut Konfusius diharapkan orang-orang bisa mengenal Cina dan budayanya dengan lebih baik. Karena rasa takut sering muncul pada hal yang tidak kita kenal atau ketahui. Dan ketidaktahuan itulah yang ingin dihapuskan.
Olimpiade Beijing 2008 merupakan propaganda budaya yang tepat dalam menaikkan image China. Para atlit, para elit Negara dari berbagai Negara langsung datang ke China dan dapat menangkap gambaran langsung tentang China. Tentunya, peran wartawan dan media massa tidak kurang penting. China terbuka untuk dunia.
Keamanan

Keamanan masih menjadi unsur kajian penting dalam hubungan internasional. Dengan nuansa yang lebih saintifik, Kenneth Waltz berpendapat bahwa ternyata, dalam kondisi yang anarki, kerjasama internasional tetap terjadi. Namun, kerjasama ini berdiri di atas permasalahan system internasional yang sangat prinsipil yakni ‘who gains more, who gains less?’ dan ‘who gains, who losses?’.
 
Kalah menang ini ditentukan oleh power yang esensinya terletak pada militer. Fungsi militer ini sekarang berkembang tidak hanya sekedar untuk mempertahankan kedaulatan, peperangan tapi juga meluas pada masalah pengamanan asset, terutama asset ekonomi. Inilah alasannya, mengapa pada saat damai sekalipun, Negara-negara tetap berupaya untuk memperbesar kekuatan militernya.
Dalam masalah memperbesar power, muncullah konsep security dilemma. Ketika suatu Negara berupaya untuk memperbesar kekuatannya, upaya tersebut bisa membuat resah Negara-negara lain. Maksud negara tersebut mungkin untuk pengamanan internal, seperti menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah perbatasan atau penjagaan dari tindakan criminal. Tapi benarkah Negara tersebut hanya bermaksud meningkatkan power internalnya? Siapa yang bisa menjamin dia tidak akan mempergunakan power-nya untuk menyerang Negara lain? Arms races contoh nyata respon Negara atas security dilemma.
Laporan CSIS menunjukkan bagaimana China selalu meningkatkan anggaran militernya. Pertanyaan untuk apa sempat muncul dalam benak penulis. Tapi Laporan CSIS tidak menjawabnya. Anggaran militer China selalu meningkat setiap tahun. Pada tahun 2005 anggarannya paling tinggi dibandingkan Negara-negara asia lainnya (lihat grafik di bawah). Hampir semua Negara Asia meningkatkan anggaran militer dari tahun ke tahun, kecuali Jepang. Begitu pula jika diperbandingkan dengan Negara-negara di dunia. Hampir semuanya meningkatkan anggaran militer, tapi tidak sedrastis China dan Amerika Serikat.
Ekonomi China

Pertumbuhan ekonomi China bermula pada akhir tahun 1970an dengan berlangsungnya reformasi domestic dan ekonomi pedesaan. Pertumbuhan domestic ini semakin pesat ketika perekonomian China terintegrasi ke dalam pasar-pasar regional dan global disertai proses industrialisasi dan urbanisasi. Terintegrasi atau terbukanya pasar China tidak lepas dari peranan Partai Komunis yang menggerakkan unit-unit bisnis untuk mendukung kekuatan politik mereka. Idealisasi komunis terlihat ditinggalkan guna mengejar kepentingan nasional yang lebih besar lagi: Komunis yang sangat Kapitalis. Terbukanya perekonomian China mampu menjadi pionir peredam krisis Asia 2008 kemarin. Menurut penulis, China mampu menjadi hegemon ekonomi Asia dengan factor pendorong dan penghambat yang akan penulis uraikan di bawah ini.
Menurut Louis Kuijs, ekonom senior World Bank, pertumbuhan ekonomi China akan tumbuh 7,2-8,4% tahun 2009 . Pertumbuhan ini dipicu oleh paket stimulus paket stimulus senilai empat triliun yuan (USD586 miliar) yang diluncurkan tahun 2008. Paket ini didukung pengucuran pinjaman perbankan 8,67 triliun yuan pada Januari–September 2009.

Namun menurut Dr Arthur Waldron , Guru Besar Hubungan Internasional di University of Pennsylvania, pertumbuhan perekonomian yang cepat menunjukkan tidak sehatnya perekonomian China. Menurutnya, ada tiga masalah dengan perekonomian Cina, yaitu: pertama, Ketergantungan berat pada ekspor: sebanyak 39,7% dari PDB China adalah ekspor asing, hal ini, lebih jauh, akan membuat perekonomian terbesar Cina tergantung pada penjualan luar negeri; kedua, permintaan domestik ekstrem rendah: Laju konsumsi pribadi Cina pada 2007 adalah 35% dibandingkan dengan 70% untuk AS dan 56% untuk Jepang; ketiga, pengeluaran raksasa pemerintah: 55% dari PDB Cina adalah pengeluaran dan investasi pemerintah pada proyek-proyek infrastruktur besar, yaitu membangun jalan, gedung-gedung. Angka ini lebih besar dua kali lipat dari persentase USA (20%). Profesor Waldron mengatakan proyek-proyek besar pemerintah sering tidak menguntungkan. Pemerintah Cina dengan mudah mengambil dan menghapus tabungan rakyat China untuk membangun proyek-proyek besar ini untuk pemuliaan diri .

Menurut Dr Jason Ma, seorang analis kelahiran Cina yang sering muncul di Program Komentar pada New Tang Dynasty Television, mesin yang membuat ekonomi Cina tumbuh pesat adalah jutaan pekerja migran. “Sekitar 80% dari penduduk Cina tinggal di daerah pedesaan – yang disebut sebagai ‘penduduk petani’. Sebagian besar dari mereka hidup di bawah kemiskinan. Mereka haus pekerjaan yang dapat menghasilkan uang dan memberi makan keluarga mereka. Jutaan dari “penduduk petani” ini datang ke kota untuk mencari pekerjaan di bidang konstruksi, pabrik dan sebagai pekerja kasar. “

Ma mengatakan pekerja migran ini adalah angkatan kerja termurah, terbesar dan paling produktif di dunia: mereka sama seperti mesin pekerja non-stop Cina – selain makan 3 kali dan tidur selama beberapa jam, mereka tidak mempunyai kegiatan apapun lagi yang harus dilakukan – mereka tidak mempunyai keluarga dan teman di kota. Selain untuk kebutuhan hidup, mereka tidak menghabiskan uang dan mengkonsumsi kebutuhannya lainnya.
Secara internal, perekonomian China mengalami masalah besar. Pada tahun 2004, 90.000 petani di Provinsi Sichuan menggelar protes, frustrasi dengan kurangnya respons terhadap keluhan mereka atas perampasan tanah mereka untuk Proyek Bendungan. Pemerintah mengirim 10.000 tentara militer untuk memecahkan masalah. Langkah-langkah pengamanan yang tidak jauh berbeda dari orang-orang yang mengalami Pembantaian Tiananmen 20 tahun lalu. Selama beberapa dekade, pemerintah Cina telah berhasil mempertahankan “stabilitas” dan “harmoni” sosial – yang penting bagi Partai untuk menopang pertumbuhan ekonomi Cina.
Penutup
Kebangkitan China hanyalah sebuah mitos jatuh bangunnya sebuah peradaban. Kebangkitan China dipersepsikan oleh Amerika Serikat setelah jatuhnya rival AS, yakni Uni Sovyet atau Jepang yang mampu dikendalikan AS. Kebangkitan China tidak bertumpu pada aspek militer tapi pada aspek sejarah dan identitas ke-China-an. Identitas ini mampu menjadi kunci pendorong kepercayaan rakyat China untuk mewujudkan kembali mimpi menjadi great power karena mereka pernah menjadi suatu imperium besar yang berkuasa lebih dari 5.000 tahun. Langkah awalnya adalah dengan menggenjot sektor perekonomian sebagai fondasi aspek-aspek kebangsaan lainnya. Namun, kebangkitan China menimbulkan reaksi Anti-China. Para think tanks China memandang reaksi ini sebagai hal negatif bagi kemajuan China dan merasa perlu untuk melakukan counter pemahaman. Karenanya, kebangkitan China diupayakan melalui aspek non-militer dengan mengedepankan kerjasama ekonomi, budaya atau kerjasama militer tanpa mengarah pada aliansi atau gerakan militer.

Penulis : Deasy Silvya Sari

KEBUTUHAN FASILITAS KAPAL PENDUKUNG SELAM

1. Umum
Dalam rangka meningkatkan kesiapan operasional kapal selam TNI AL baik yang terkait dengan kesiapan material maupun personel, dibutuhkan fasilitas pendukung yang memadai dan memenuhi standar minimal kebutuhan pangkalan induk bagi satuan operasional. Dengan jumlah unsur kapal selam TNI AL yang sangat minim saat ini dan dengan jumlah awak yang telah melebihi DSP, maka merupakan hal yang sulit bagi satuan pengguna untuk mempertahankan kesiapan dan tingkat profesionalisme prajurit dan Alutsista pada kondisi yang prima. Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi kemampuan TNI AL dalam mewujudlkan daya tangkal di kawasan regional, mengingat kapal selam merupakan salah satu Alutsista strategis yang dimiliki oleh TNI AL. Dengan minimnya jam layar yang dimiliki oleh para prajurit pengawak kapal selam dapat berdampak negatif pada skill, kemampuan perorangan, naluri tempur dan rasa percaya diri prajurit dalam mengawaki kapal selam. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, maka diperlukan berbagai fasilitas yang dapat mewadahi kebutuhan prajurit dan material alutsista dalam mempertahankan kesiapannya baik di bidang material maupun personel. Apabila kesiapan material alutsista didukung dengan tingkat kecakapan para pengawaknya dapat terjaga dengan baik maka hal ini tentu akan memberikan dampak penangkalan yang tinggi dan menjadikan TNI AL lebih disegani baik oleh kawan maupun lawan.
 
2. Kebutuhan Fasilitas Pendukung Kapal Selam
Pengadaan kapal selam baru sangat perlu dilaksanakan mengingat usia kapal selam 209/1300 yang telah mencapai usia ± 30 tahun guna mendukung kesiapan dan kemampuan tempur Satuan Kapal Selam pada khususnya dan TNI AL pada umumnya. Namun demikian, pengadaan kapal selam baru tanpa dibarengi dengan fasilitas pendukung yang memadai akan berakibat pada tumpulnya kemampuan awak kapal selam itu sendiri. Kesempatan pendidikan kapal selam di negara luar yang bisa dikatakan hampir tidak ada dapat digantikan dengan adanya fasilitas pendukung ini.
Sehingga apabila pada suatu saat kondisi seperti saat ini, dimana unsur kapal selam sangat kurang dan para pengawaknya melebihi DSP, kemampuan awak kapal selam dapat tetap terjaga. Adapun beberapa kebutuhan fasilitas pendukung kapal selam yang juga dimiliki oleh negara lain pengguna kapal selam saat ini antara lain :
 
a. Fasilitas Latihan Penyelamatan Diri dari Kapal Selam (Escape Training Facility)
Salah satu fasilitas pendukung yang diharapkan ada di pangkalan kapal selam adalah fasilitas escape training yang memenuhi standar internasional, berupa:
1) Kolam renang, digunakan untuk warming up sebelum masuk ke diving tank.
2) Diving tank yang diharapkan mempunyai kedalaman 30 m yang dibagi atas 3 bagian, dengan rincian sebagai berikut :
(a) 10 m pertama, digunakan pada latihan pertama tanpa mengunakan escape suit untuk memudahkan mempraktekkan teori yang diterima di dalam kelas.
(b) 20 m kedua, digunakan pada sesi latihan kedua dengan menggunakan escape suit. Latihan ini dimaksudkan untuk familiarisasi peralatan escape suit.
(c) 30 m ketiga, digunakan pada latihan sesi terakhir. Latihan ini dimaksudkan untuk melaksanakan free escape mendekati keadaan yang sebenarnya.
3) Lift atau tangga sebagai jalan menuju ketinggian yang diinginkan.
4) Pressurized chamber sebagai sarana pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan pada saat latihan.
 
b. Fasilitas Latihan Keterampilan Awak Kapal Selam
Dalam melaksanakan suatu latihan tanpa menggunakan alutsista sesungguhnya, simulator merupakan salah satu wahana yang paling mendekati keadaan alutsista sesungguhnya karena simulator merupakan replika dari alutsista yang sesungguhnya. Beberapa contoh simulator untuk pelatihan awak kapal selam adalah sebagai berikut:
1) Sonar Trainer
Sonar Trainer merupakan salah satu jenis simulator yang dilaksanakan dalam sebuah laboratorium yang khusus ditujukan untuk meningkatkan kemampuan juru sonar kapal selam dalam melaksanakan: pendeteksian gelombang akustik yang diterima oleh sonar kapal, memperbanyak pengetahuan akan gelombang akustik yang dikeluarkan oleh baling-baling kapal dan mengasah kemampuan dalam melaksanakan Turn Count. Sonar Trainer dapat memberikan:
a) Pelatihan kepada operator sonar tentang segala aspek operasi sonar termasuk deteksi, klasifikasi dan penentuan lokasi sasaran.
b) Beragam jenis sistem akustik: Aktif/Pasif, Hull Mounted Sonar, Variable Depth Sonar, Towed Array Sonar, Flank Array Sonar dan Mine Detection Sonar.
c) Pelatihan yang akurat berdasarkan simulasi nyata dan signal akustik yang sesungguhnya seperti: Signal Propagasi Suara, Echo sasaran aktif, Analisa Broadband dan Narrowband, transmisi sonar aktif sasaran, Ambient Noise dan Own Noise.

 
2) Submarine Tactical/CIC Trainer
Submarine Tactical/CIC Trainer adalah sebuah simulator yang bertujuan untuk pelatihan manuver kapal selam dan menyiapkan para operator sewaco dalam menguasai fungsi-fungsi dasar dari pesawat yang diawakinya. Secara garis besar, simulator ini ditujukan untuk para pengawak Pusat Informasi Tempur.
Gambaran umum Submarine Tactical/CIC Simulator adalah sebagai berikut:
Simulator ini akan terdiri atas empat Table Screen Console, empat Manu-Screen Console, satu Instructor Console dan satu Plotting Table.
Pada Instructor Console akan terdiri atas beberapa fungsi yang berbeda, yaitu:
a) Menjalankan sistem yang akan memberikan beberapa pilihan konfigurasi, diantaranya:
(1) Pemilihan sonar.
Pada konfigurasi ini akan diberikan pilihan penggunaan sonar array, seperti: Hull Mounted Sonar, Hull Mounted Sonar dan Towed Array Sonar, Hull Mounted Sonar dan Flank Array Sonar atau ketiganya.
(2) Konfigurasi standar.
Konfigurasi ini ditujukan untuk melatih Command Team, dan terdiri atas:
(a) Tactical Console, yang bertujuan untuk menunjukkan dan menampilkan situasi taktis.
(b) TMA Console, yang bertujuan untuk mencari dan menentukan data sasaran.
(c) Steering Console, yang bertujuan untuk melatih juru mudi dalam mengendalikan gerakan kapal.
(d) Radar/ESM Console, yang bertujan untuk melatih juru Radar/ESM.
(e) Periskop
(f) Sistem peringatan akan transmisi sonar lawan dan pendeteksian sasaran yang mendekat.
(3) Konfigurasi dua kapal selam.
Konfigurasi ini ditujukan untuk melatih para perwira jaga dan divisi jaganya dalam memanuverkan kapal, dan terdiri atas:
(a) Tactical Console.
(b) TMA Console.
(c) Sonar Console.
(d) Periskop. Menggunakan sebuah joystick dengan pembesaran 1 s.d 12, menghasilkan baringan benar dan baringan relatif, mengirimkan target mark ke TMA serta memiliki sensitifitas terhadap cuaca.
(4) Konfigurasi TMA.
Konfigurasi ini ditujukan untuk melatih operator TMA dalam menganalisa data sasaran.
b) Mengatur database sasaran, kapal sendiri, sensor dan persenjataan.
c) Menyiapkan skenario yang dengan beberapa parameter termasuk pemilihan sasaran, cuaca, profil sound velocity dan daerah latihan.
d) Menyimpan sesi latihan sebagai bahan kaji ulang.

 
3) Diving Simulator
Diving Simulator adalah suatu unit simulator yang dapat sebagai wahana simulasi dalam menyelamkan kapal selam ke kedalaman tertentu dan menimbulkan kapal selam setelah menyelam. Dengan adanya Submarine Control Simulator ini diharapkan profesionalisme awak kapal selam, khususnya korps teknik, dapat tetap terjaga.
Diving Simulator di desain sebagai Engineering Monitoring and Control System kapal selam yang terdiri atas pelatihan:
a) Trim and compensating, kontrol kedalaman kapal selam.
b) Pengaturan seluruh sistem pendorongan pada saat linla maupun pada saat peran.
c) Pengaturan sistem snorkle.
d) Udara bertekanan dan tanki pemberat.
e) Monitoring udara dalam kapal dan sistem Bib’s.
f) Duduk dasar.
g) Peran kebakaran dan kedaruratan
h) Peran kebocoran; simulasi tergenangnya kompartemen dan koreksi trim.
i) Mengatasi kerusakan sistem pendorongan.
j) Mengatasi kerusakan sistem bantu.
k) Mengatasi kerusakan sistem kelistrikan.
l) Peran kemudi macet dan penggunaan kemudi darurat.
Tingkat keterampilan ini dapat dimulai dari latihan untuk pengawak baru, pengawak lama dan kombinasi pengawak lama dan baru.
Diving Simulator terbagi atas 2 (dua) bagian, instruktur dan pelaku. Dengan operator yang berpengalaman, latihan prosedur kedaruratan standar dapat dilaksanakan senyata mungkin dengan kejadian sesungguhnya, karena simulator ini merupakan replika dari Ruang Kontrol Teknik kapal selam yang sesungguhnya yang dilengkapi dengan sistem hidolik untuk menggerakkan simulator ini dengan sudut elevasi sampai dengan 450 atas bawah dan rolling 300, sistem platform kapal, sistem selam timbul kapal dan noise-noise yang ada di kapal selam.
 
4) Damage Control Trainer/Simulator
Simulator ini merupakan simulator yang ditujukan untuk pelatihan dalam mengatasi kedaruratan di kapal selam, kebakaran dan kebocoran. Keseluruhan interior di dalam simulator menggambarkan situasi di dalam kapal selam. Simulator ini digerakkan oleh sistem hidrolik. Beberapa jenis kedaruratan seperti kebocoran pipa, kebocoran lambung, rembesan air laut dari pintu batere dan kebocoran pipa tekanan tinggi dapat disimulasikan di simulator ini. Simulator ini dilengkapi dengan peralatan keselamatan untuk menjamin keamanan para pelaku latihan. Fasilitas simulator ini menyajikan skenario latihan yang hampir nyata yang akan dihadapi para awak kapal selam di laut. Diharapkan dengan menggunakan simulator ini, para awak kapal selam dapat dengan sigap mengatasi kedaruratan di kapal selam selama kapal berlayar.
 
5) Fasilitas Stasion Bantu
Stasion Bantu yang ada saat ini didirikan pada tahun 1966 untuk mendukung kapal selam kelas Whiskey. Dan sejak kedatangan kapal selam 209/1300, dilaksanakan penambahan sarana dan prasarana untuk mendukung kapal selam German-build ini. Sehingga pada saat ini, sarana yang ada di Sionban digunakan hanya untuk mendukung 2 (dua) kapal selam 209/1300, namun demikian dengan kondisi sekarang Sionban masih mampu untuk mendukung kapal selam baru dengan penambahan peralatan, antara lain:
a) Penambahan omvomer untuk menunjang kelistrikan di dermaga kapal selam.
b) Penambahan kompresor udara bertekanan tinggi (minimal berkekuatan 720 rpm dan input 380 V/50Hz/32 A/3 fase).
c) Penambahan rectifier maupun omvomer untuk pelaksanaan pengisian batere.
d) Penambahan pesawat Demineralization Plant/Destilat untuk pembuatan air suling (minimal dapat menghasilkan air suling sebanyak 1m3 /jam dan tanki untuk menampung air suling.
e) Penambahan pesawat untuk pelaksanaan pengosongan batere (minimal berkekuatan power 250 V DC 2200 Ampere).
 
6) Fasilitas Sandar / Dermaga
Berdasarkan operational requirements dan technical specification dari rencana pengadaan kapal selam baru bagi TNI AL, kondisi fasilitas sandar di pangkalan Surabaya masih memungkinkan untuk pelaksanaan manuver kapal selam baru dengan beberapa penyempurnaan, diantaranya:
a) Kedalaman area keluar masuk kolam sampai dengan dermaga perlu dilaksanakan pengerukan.
b) 2 ponton (ex Kilo) untuk akomodasi sandar perlu perbaikan.
c) Fasilitas dermaga sandar mencukupi dengan bobot dermaga minimal 2000 ton.
d) Jika pengadaan 2 kapal selam, dermaga yang digunakan adalah dermaga dok Lawang timur dialokasikan untuk 2 (dua) kapal selam 209/1300 kelas Cakra dan dermaga dok Lawang barat atau dermaga dok Yogya timur dan dermaga dok Yogya barat dialokasikan untuk 2 (dua) kapal selam baru. Selain itu, alternatif dermaga yang bisa digunakan adalah dermaga Jepara timur (Satrol) dengan lebar dari dermaga dok Yogya barat kurang lebih 25 m dan dermaga Halong barat (Satran) dengan lebar dari dermaga dok Lawang timur kurang lebih 80 m.
e) Kedalaman dan ruang untuk bermanuvra di dermaga mencukupi (rata-rata 7 m pada surut terendah).
f) Penambahan suar penuntun dan pelurus sebagai sarana penunjang kapal selam saat keluar/masuk kolam.
g) Perlunya penambahan kompresor UTT untuk menggantikan kompresor UTT lama yang ada saat ini.
h) Perlunya pemnambahan bobot crane di dermaga dari 3 ton menjadi 5 ton dan perpanjangan lengan crane dari 3 m menjadi 6 m untuk pelaksanaan loading/unloading torpedo secara mandiri.
 
7) Fasilitas Kapal Tender dan SAR Kapal Selam
Sejak era kapal tender kapal selam RI Ratulangi, praktis kapal selam 209/1300 saat ini tidak lagi memiliki kapal tender yang berimbas pada berkurangnya kemampuan kehadiran kapal selam di laut. Diharapkan keberadaan kapal tender kapal selam yang memiliki kemampuan:
a) Loading/unloading persenjataan kapal selam.
b) Pengisian batere kapal selam.
c) Pengisian air suling.
d) Bekal ulang.
d) SAR kapal selam.
 
c. Fasilitas Bantu Lainnya
Selain fasilitas pendukung yang telah disebutkan diatas, fasilitas tambahan yang juga perlu diadakan untuk awak kapal selam yaitu:
a) Ruang ABK
Saat ini, dengan 2 (dua) unsur yang ada, Satuan Kapal Selam memiliki gedung ABK yang merupaka hibah dari PT PAL. Gedung dua lantai tersebut di bagi menjadi dua bagian, yaitu ruang KRI Cakra-401 dan ruang KRI Nanggala-402. Lantai dasar digunakan sebagai ruang kantor perwira kapal dan lantai dua dijadikan sebagai messing ABK.
Dengan pengadaan kapal selam baru, diharapkan fasilitas messing ABK juga dipersiapkan.
b) Workshop
Gedung yang dimiliki oleh Satuan Kapal Selam saat ini (Gedung Nagabanda) selain dimanfaatkan untuk perkantoran dan messing, juga dimanfaatkan sebagai sarana olahraga Badminton, Basket, perbengkelan dan mushola. Dengan pengadaan gedung baru, fasilitas simulator dibagun dapat dibangun berdampingan dengan perkantoran.
 
3. Kesimpulan
Pengadaan kapal selam baru tanpa dibarengi dengan fasilitas pendukung yang memadai akan berakibat pada tumpulnya kemampuan awak kapal selam itu sendiri. Kesempatan pendidikan kapal selam di negara luar yang bisa dikatakan hampir tidak ada dapat digantikan dengan adanya fasilitas pendukung ini.
Sehingga apabila pada suatu saat kondisi seperti saat ini, dimana unsur kapal selam sangat kurang dan para pengawaknya melebihi DSP, kemampuan tempur awak kapal selam dapat tetap terjaga.

POLITIK LUAR NEGERI TURKI DI TIMUR TENGAH

Jawaban atas keraguan sejumlah pihak di kawasan Timur Tengah tentang seriusnya keretakan hubungan antara Turki dengan Israel sejak tiga tahun belakangan ini yang lebih diperparah dengan serangan biadab negeri zionis itu atas Gaza pada akhir 2008, kemudian api murka negeri bekas pusat Khilafah Othmaniyah itu tersulut lagi dengan serangan pasukan komandos Israel atas kapal kemanusiaan Mavi Marmara sekitar setahun lalu, setidaknya terjawab sudah pada Jum`at (2/09/2011) lalu.

Pasalnya sejumlah negara kawasan lewat media massanya sepertinya tetap menyangsikan sikap Turki dibawah pimpinan PM, Recep Tayyip Erdogan itu terkait kemarahannya atas Israel. Mereka masih menyangsikan keretakan hubungan dua negara yang selama ini merupakan sekutu strategis yang sedemikian cepat terjadi apalagi disebabkan oleh isu Palestina (termasuk blokade tak berprikemanusian atas Gaza), yang menurut pandangan mereka tidak begitu mendapat perhatian selama ini.

Namun dengan peristiwa penyerangan kapal kemanusiaan yang menyebabkan sembilan orang warga Turki gugur sebagai syuhada, lebih dari setahun lalu, Bung Erdogan telah membuktikan bahwa kemarahan negerinya terhadap negeri Israel itu bukan main-main atau sandiwara untuk meraih simpati publik Muslim di kawasan. Ijinkah saya menggunakan kata Bung, karena teringat lagu perjuangan "Halo-halo Bandung" yang salah satu liriknya berbunyi "mari bung rebut kembali".

Dari kata bung itu, penulis menaruh harapan teriring doa tentunya, Bung Erdogan sebagai pemimpin generasi Turki masa kini, dapat merebut kembali kejayaan Khilafah Othmaniyah (Ottoman menurut sebutan Barat), sehingga mampu menjadi inspirator bagi negara-negara besar Muslim lainnya di kawasan khususnya Mesir yang saat ini telah memasuki era perubahan pasca rejim Hosni Mubarak yang selama tiga dekade lebih sebagai sekutu terkuat Israel di dunia Arab.

Pada Jum`at itu yang masih dalam suasana lebaran Idul Fitri yakni tiga hari bagi yang lebaran pada Selasa (30/08/2011) atau dua hari bagi yang lebaran Rabu (31/08/2011), Bung Erdogan tidak tanggung-tanggung telah melakukan langkah mengejutkan yang sebelumnya tidak pernah diduga banyak pihak. Ibaratnya sebagai pesan lebaran yang melegakan ratusan juta umat Islam kawasan bahkan 1,5 milyar lebih di seluruh dunia.

Langkah ini juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi para pemimpin Muslim lainnya di kawasan untuk membangun solidaritas dengan sungguh-sungguh dan memastikan musuh sesungguhnya, setelah  selama ini hanya sebatas wacana. Keputusan negeri itu yang mengusir Dubes Israel dari Ankara, penurunan tingkat keterwakilan diplomatik menjadi hanya setingkat Sekretaris II kebawah, pembekuan kerjasama militer dan pembatalan sejumlah kesepakatan perdagangan merupakan langkah mengejutkan.

Dalam etika diplomasi, degradasi keterwakilan diplomatik merupakan salah satu bentuk ``pelecehan``, artinya Turki yang merasa dilecehkan oleh negeri zionis itu karena menolak meminta maaf atas serangan kapal kemanusiaan miliknya, balas melecehkan zionis dengan degradasi perwakilannya. Sekretaris II merupakan pangkat diplomat yang masih sangat yunior sebab sebelum mencapai pangkat duta besar perlu banyak jenjang lagi yakni Sekterais I, Councellor, Minister Counsellor, Minister kemudian Dubes yang rata-rata memerlukan waktu 20 tahun.

Meskipun langkah itu belum maksimal seperti pemutusan hubungan diplomatik, namun patut diacungkan jempol sebab tidak menutup kemungkinan di masa depan akan mengarah kepada pemutusan hubungan bila negeri zionis itu masih tetap bersikap arogan tanpa melihat hakikat negeri Turki yang pernah disegani dunia yang saat ini sedang bangkit kembali memulihkan kejayaan dimaksud dibawah pimpinan Bung Erdogan.

Sebenarnya, Israel telah berusaha melakukan serangkaian konspirasi untuk menggagalkan rencana pemerintah Turki agar urung melakukan langkah-langkah tersebut, namun berbagai konspirasi itu tidak digubris. Sebut saja misalnya, upaya negeri zionis itu membangun hubungan strategis dan memprovokasi negara-negara tetangga Turki semisal Yunani, Bulgaria, Romania dan Siprus, menggerakkan lobi Armenia di Kongres AS serta merongrong stabilitas dan keamanan Turki dengan dukungan terhadap aksi kekerasan suku Kurdi.

Dan terakhir adalah rekayasa hasil laporan Tim PBB tentang blokade Gaza dan serangan atas kapal kemanusiaan Mavi Marmara yang dipimpin mantan Perdana Menteri Selandia Baru, Geoffrey Palmer yang sangat mengecewakan Turki dan umat Islam seluruh dunia umumnya meskipun dalam laporan setebal 105 halaman itu disebutkan serangan Israel atas kapal kemanusiaan itu sangat berlebihan.

Berbagai upaya Israel itu, tidak menyurutkan pemerintahan Erdogan untuk terus menuntut negeri zionis itu mempertangungjawabkan kejahatannya sekaligus ingin mengakhiri status Israel yang selama ini secara de facto selalu berada di luar jangkauan hukum internasional. Turki tidak ingin lagi melihat negeri Yahudi itu dengan semena-mena merendahkan bangsa Muslim setelah selama ini Israel selalu beranggapan bahwa dirinya tidak pantas meminta maaf kepada bangsa-bangsa Muslim meskipun akibat kejahatan biadab yang dilakukannya atas mereka.

Pesan ganda

Langkah-langkah yang dilakukan Bung Erdogan tersebut sedikitnya mengandung pesan ganda. Yang pertama sudah pasti ditujukan kepada para pemimpin zionis dan kedua negara-negara Arab di kawasan yang sebagian di antaranya telah berhasil melakukan perubahan kekuasaan otoriter lewat revolusi rakyat dan sebagian lainnya masih dalam perjuangan menuntut perubahan.

Setidaknya ada beberapa pesan berikut ini telah disampaikan Turki kepada negeri zionis Israel. Pertama, Ankara mengingatkan bahwa para pemimpin zionis keliru besar memperhitungkan akibat dari serangan yang merenggut sembilan syuhada Turki, penumpang kapal kemanusiaan Mavi Marmara setelah selama ini hanya sebatas mendapat kecaman ketika membantai ratusan bahkan ribuan warga Arab terutama di Palestina dan Libanon.

Pesan kedua adalah, pemerintah Erdogan yang mendapat kepercayaan mutlak dari rakyatnya mengingatkan bahwa rakyat Turki sangat murka dan merasa diinjak-injak harga diri mereka ketika pemerintah negeri zionis itu hanya menyampaikan rasa penyesalan atas insiden tersebut dan hanya siap mengganti rugi sekitar 100 ribu dolar AS untuk setiap korban.

Adapun pesan ketiga, pemerintah Erdogan ingin mengingatkan para pemimpin negeri zionis itu bahwa mereka telah keliru melihat situasi dalam negeri Turki yang sekitar tiga bulan lalu melaksanakan pemilu dan berhasil memperkuat posisi partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) lewat suara mayoritas rakyat sehingga membuat para pemimpin AKP tidak akan menyiakan-nyiakan kepercayaan ini. Para pemimpin Israel juga melupakan perubahan mendasar di Turki dengan melemahnya peran militer yang selama ini dijadikan tempat sandaran untuk kepentingan negeri zionis itu.

Sementara pesan keempat seperti disebutkan sejumlah analis Arab adalah untuk membuktikan bahwa Turki bukan lagi negara kawasan yang selama ini identik sebagai sekutu strategis Israel yang selalu manut pada Tel Aviv atau kekuatan-kekuatan imperialis Barat pendukung utama negeri zionis itu. Ankara ingin membuktikan bahwa posisi negeri itu telah berubah dan telah menemukan kembali jalan menuju pemulihan kembali kejayaannya sehingga menolak untuk selalu berada dibawah ketiak Israel atau negara-negara Barat.

Meskipun kerjasama dengan Israel, paling tidak dalam jangka pendek dan menengah ke depan tetap dipertahankan, namun aturan mainnya sudah pasti harus berubah. Turki tidak ingin kerjasama tersebut merugikan kepentingan nasional dan perannya sebagai salah satu negara terkemuka Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan negara besar serta penentu di kawasan.

Untuk membuktikan bahwa negeri bekas pusat imperium Othmaniyah itu tidak bisa diidentikkan lagi sebagai sekutu yang selalu didekte negeri zionis itu, diantaranya langkah Ankara untuk melanjutkan pengaduannya kepada Mahkamah Kriminal Internasional di Den Hag, Belanda terkait ketidakabsahan embargo atas Gaza untuk melawan keputusan tim PBB yang menyebutkan embargo tersebut legal.

Seperti dilaporkan, Ahad (4/09/2011), Menlu Turki, Ahmet Davutoglu akan melayangkan semacam pledoi ke Mahkamah Kriminal Internasional sebagai respon atas keputusan tim PBB menyangkut embargo Gaza tersebut. Davutoglu mengingatkan bahwa masalah Gaza tersebut bukan hanya terkait dengan permasalahan antara Turki dengan Israel, akan tetapi, juga antara Israel dengan masyarakat internasional dan sanubari publik dunia.

Sementara pesan buat negara-negara Arab kawasan, intinya satu yakni agar melakukan langkah berani dalam menghadapi negeri zionis tersebut. Lebih khusus lagi disebutkan disini adalah Mesir dan Yordania yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel yang menimalnya harus melakukan langkah tersebut atau lebih utama menutup kedutaan Israel bila terjadi agresi atas salah satu negara Arab (khususnya Palestina) di masa mendatang.

"Kepongahan dan arogansi Israel harus dihentikan sebab masa pengabdian dan kehinaan telah berlalu setelah jatuhnya rejim diktator Mesir,`` papar Abdul Bari Atwan, analis Arab yang mukim di London (2/09/2011). ``Sekarang Turki telah memberikan pelajaran baru bahwa pemerintahan yang mengedepankan aspirasi rakyat memiliki kekuatan besar melawan rasa superioritas dan arogansi Israel. Pesan Turki ini wajib kita respon sekarang ini juga,`` papar Fahmi Huweidi, pakar Muslim dan penulis produktif Mesir (6/09/2011).

Kemitraan baru

Salah satu cara bagi dunia Arab merespon langkah Turki tersebut adalah mendukung upaya-upaya pemerintah Erdogan dalam membela isu Palestina, terutama yang terakit dengan penghentian embargo atas Gaza dan mengecam laporan tim PBB itu yang sangat memihak mutlak kepada kepentingan negeri zionis itu. Mengenai embargo Gaza, langkah awal yang harus dilakukan adalah menyambangi rakyat Gaza seperti yang akan dilakukan Erdogan dalam waktu dekat serta menghentikan secara sepihak embargo lalim tersebut.

Namun untuk jangka panjang mendatang, tidak cukup hanya sebatas itu sebab yang paling utama adalah menyusun kembali kemitraan baru Arab-Turki yang secara politis tidak ada kendala untuk mewujudkannya. Mengingat masih banyak kendala dengan Iran maka fokus utama sekarang adalah kemitraan Arab-Turki terlebih dahulu sebelum terwujudnya kemitraan segitiga Arab-Turki-Iran.

Isyarat menggembirakan ke arah pendekatan strategis Arab-Turki bisa dilihat dari rencana kunjungan PM Erdogan ke Mesir dalam beberapa hari mendatang untuk selanjutnya menyambang Gaza. Meskipun kunjungan ke Gaza belum bisa dipastikan karena perlu persetujuan Israel, namun yang lebih penting adalah kemungkinan tercapainya pakta kerjasama startegis antara Mesir-Turki yang sangat dikhawatirkan Israel.

Kekhawatiran tersebut misalnya dapat dilihat dari laporan sejumlah harian terkemuka zionis. Harian Yodiot Ahronot, Senin (4/09/2011), misalnya menulis bahwa keretakan hubungan Israel-Turki yang telah mencapai puncaknya itu akan mendorong tercapainya pakta strategis baru antara Mesir dan Turki dalam kunjungan Erdogan mendatang yang tentunya membayakan Israel. Harian ini juga mengutip laporan koran Mesir El-Youm Al-Sabi tentang agenda kunjungan Erdogan dan delegasi tingkat tinggi termasuk penandatanganan kerjasama strategis kedua negara.

Mantan Dirjen Kemlu Israel, Eleon Leiel menyatakan bahwa pemerintah Israel tidak bisa berkata terkejut dengan reaksi Turki tersebut sebab Ankara telah berkali-kali memperingatkan.

"Memang Israel berhak menolak untuk meminta maaf pada Turki tapi pukulan kuat Turki sangat menyakitkan dan sulit bagi Israel,``paparnya seperti dikutip arabonline, Senin (5/09/2011).

Terkait rencana kunjungan Erdogan ke Gaza, pejabat Israel itu menilai bahwa tidak akan berpengaruh negatif sama sekali bagi posisi Turki karena negara ini akan tetap sebagai anggota NATO dan negara Uni Eropa akan terus melanjutkan perundingan bergabungnya Turki ke Uni Eropa.

"Kunjungan ini, juga tidak akan berpengaruh terhadap hubungan Turki dengan AS," tambahnya.
Singkatnya, kemitraan baru Arab-Turki dalam suasana dunia Arab yang sudah mulai berubah itu telah terbuka lebar yang ditandai pula usaha pro aktif Turki. Tinggallah sekarang menunggu sambutan positif dunia Arab, khususnya Mesir selaku negeri terbesar Arab sebagai upaya sungguh-sungguh untuk melepaskan bangsa-bangsa Muslim kawasan dari hegemoni berkepanjangan zionis

TALIBAN TAK TERKALAHKAN


Sepuluh tahun yang lalu, ribuan pejuang Taliban mereka meninggalkan kekuasaannya di Kabul, melarikan diri dan berpencar jauh ke pedesaan, dan sebenarnya memungkinkan Barat dapat menangkap pasukan dan pimpinan Taliban tanpa perlawanan. Tetapi, semua itu tidak terjadi.Hari ini, Taliban berkembang menjadi sebuah kekuatan gerilya yang sangat canggih, dan baru-baru ini berhasil menghancurkan beberapa target yang bernilai tinggi, bersamaan dengan rencana Amerika melakukan penarikan pasukannya dari Afghanistan.
Tahun 2006, Taliban berhasil melakukan konsolidasi di sebagian besar di wilayah selatan - terutama provinsi Zabul, Kandahar dan Helmand. Pada tahun 2008, mereka menyebar ke arah utara Kabul.Amerika membuat dua kesalahan yang menyia-nyiakan kesempatan mereka. "Mereka berfokus pada tujuan militer dan bukan stabilisasi dan pembangunan. Kemudian, mereka pergi berperang di Irak .."
Kurangnya rekonstruksi, dan korupsi merajalela di kalangan pejabat pemerintahan Hamid Karzai, pada saat ketika jutaan pengungsi yang kembali dari Iran dan Pakistan, menyebabkan kekecewaan meluas dan memicu pemberontakan.Pada tahun 2002, dan sekali lagi pada tahun 2004, ada pertempuran antara pasukan Taliban dan Pakistan, yang diikuti oleh serangkaian kesepakatan damai dengan tentara yang meninggalkan Taliban yang menguasai sebagian besar wilayah kesukuan Pakistan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan.
Pasukan koalisi menderita korban awal mereka di selatan-Afghanistan timur, tepat di seberang perbatasan dari Waziristan. Itu merupakan pertempuran di selatan-timur, dan kemudian di utara-timur - di provinsi Kunar Afghanistan, yang berdekatan dengan distrik suku Bajaur Pakistan dan Mohmand - yang mengambil sebagian besar perhatian mereka selama 2002-06.
Perkembangan ini melampaui rencana pejuang Taliban di barat provinsi Balochistan Pakistan, yang diam-diam menyusup ke Zabul, Kandahar dan Helmand dari Toba Kakar, Chaman, Quetta dan daerah Chaghai.Para pejabat Barat mengakui bahwa sampai 2008-2009, pasukan koalisi di selatan tidak mampu menahan Taliban dari daerah yang sangat penting itu - seperti sebagian besar kota Kandahar dan Helmand, di mana Taliban mendirikan pabrik pembuatan bom, senjata dan membangun pertahanan - dan pada saat yang sama melindungi garis depan mereka.
Karena adanya "gelombang pasukan" tambahan yang diumumkan oleh Presiden Obama pada 2010, pasukan koalisi telah mampu mengusir Taliban dari posisi mereka di Kandahar dan Helmand.Tapi pemberontakan kini telah menyebar luas, ke daerah di sekitar ibukota, Kabul, dan bahkan ke provinsi sebelumnya damai Afghanistan utara.
Taliban sekarang tampaknya mengubah taktik perangnya, dan dengan menggunakan unit-uit kecil yang melakukan serangan dengan mengandalkan pemboman bunuh diri, dan sangat spektakuler serangan bom untuk mencapai target sasaran, dan menimbulkan dampak psikologis yang besar.Sekarang terus merembes para pejuang Taliban, di mana mereka sesudah mencapai kesepakatan dengan para pejabat militer dan intelijen Pakistan, mereka lebih fokus melakukan serangan ke wilayah Afghanistan, dan ikut membantu pejuang Taliban Afghanistan. Karena itu, sekarang ada pasokan baru yang tak terbatas jumlahnya - pejuang Taliban Pakistan memasuki Afghanistan dari daerah Pakistan, terutama Waziristan - dan mereka lebih terlatih.
Sumber yang dapat dipercaya di Pakistan, memberitahu  bahwa para pejuang terutama dari Pakistan, yang disebut Taliban Punjabi, yang mengkhususkan diri melakukan serangan bom bunuh diri, dan merupakan bagian utama dari jaringan Haqqani yang berbasis Waziristan. Ini yang merupakan mimpi buruk "nightmare" bagi pasukan Nato, yang sudah kehilangan kepercayaan untuk terus bertahan di Afghanistan.Menurut sumber ini, sejak 2009 para pejuang Taliban Pakistan telah melakukan perjalanan sampai ke perbatasan dengan menggunakan kendaraan militer Pakistan, mungkin untuk menghindari serangan rudal drone (pesawat tanpa) yang dioperasikan CIA.
Sebuah sumber militer Pakistan di wilayah itu mengakui kolaborasi dengan para pejuang Taliban. Juru bicara militer, Mayor Jenderal Athar Abbas, menolak ini sebagai isu "berbahaya". "Tidak ada yang bisa dibuktikan, dan itu jauh dari kebenaran," tambah Attar Abbas.Banyak orang di Barat telah lama berpendapat bahwa kunci untuk perdamaian di Afghanistan terletak dengan militer Pakistan. Tetapi, Amerika Serikat telah membuat kesalahan yang sangat fatal, yang kemudian membuat Pakistan berubah, di mana Amerika Serikat membunuh Osama bin Laden, dan melakukan operasi rahasia di negara Pakistan.
Kematian Osama bin Laden, membuat kemarahan yang sangat luas rakyat Pakistan, dan bahkan Taliban Pakistan meningkatkan serangannya ke sasaran-sasaran militer dan kepolisian Pakistan, dan negara terancam kehancuran. Maka, sekarang militer dan pemerintah Pakistan meninggalkan perintah Washington untuk terus memerangi Taliban, dan sekarang memilih melakukan rekonsiliasi dengan Taliban Pakistan.
Inilah kemenangan akhir dari Taliban di Pakistan dan Afghanistan, di mana dengan kemampuan militer dan kecanggihannya dalam perang, yang menyebabkan Pakistan harus berdamai, dan mendukungnya seperti, ketika Pakistan dipimpin Jenderal Muhammad Zia ul Haq, yang mendukung Mujahidin mengusir Soviet.
Uni Soviet hengkang dari Afghanistan tahun l989, karena kemampuan Mujahidin dalam menghadapi super power itu, dan kini mereka membuktikan kembali superioritas dalam perang, dan sebentar lagi akan melihat Amerika Serikat akan hengkang dari Afghanistan. Barat kalah dalam perang di Afghistan melawan pejuang Taliban

Conflict Resolution

The fact that conflict exists, however, is not necessarily a bad thing: As long as it is resolved effectively, it can lead to personal and professional growth.In many cases, conflict in the workplace just seems to be a fac tof life. We've all seen situations where different people with different goals and needs have come into conflict. And we've all seen the often-intense personal animosity that can result.
In many cases, effective conflict resolution can make the difference between positive and negative outcomes.
The good news is that by resolving conflict successfully, you can solve many of the problems that it has brought to the surface, as well as getting benefits that you might not at first expect:
  • Increased understanding: The discussion needed to resolve conflict expands people's awareness of the situation, giving them an insight into how they can achieve their own goals without undermining those of other people.
  • Increased group cohesion: When conflict is resolved effectively, team members can develop stronger mutual respect, and a renewed faith in their ability to work together.
  • Improved self-knowledge: Conflict pushes individuals to examine their goals in close detail , helping them understand the things that are most important to them, sharpening their focus, and enhancing their effectiveness.
However, if conflict is not handled effectively, the results can be damaging. Conflicting goals can quickly turn into personal dislike. Teamwork breaks down. Talent is wasted as people disengage from their work. And it's easy to end up in a vicious downward spiral of negativity and recrimination.
If you're to keep your team or organization working effectively, you need to stop this downward spiral as soon as you can. To do this, it helps to understand two of the theories that lie behind effective conflict resolution:

Understanding the Theory: Conflict Styles

In the 1970s Kenneth Thomas and Ralph Kilmann identified five main styles of dealing with conflict that vary in their degrees of cooperativeness and assertiveness. They argued that people typically have a preferred conflict resolution style. However they also noted that different styles were most useful in different situations. They developed the Thomas-Kilmann Conflict Mode Instrument (TKI) which helps you to identify which style you tend towards when conflict arises.
Thomas and Kilmann's styles are:
Competitive: People who tend towards a competitive style take a firm stand, and know what they want. They usually operate from a position of power, drawn from things like position, rank, expertise, or persuasive ability. This style can be useful when there is an emergency and a decision needs to be make fast; when the decision is unpopular; or when defending against someone who is trying to exploit the situation selfishly. However it can leave people feeling bruised, unsatisfied and resentful when used in less urgent situations.
Collaborative: People tending towards a collaborative style try to meet the needs of all people involved. These people can be highly assertive but unlike the competitor, they cooperate effectively and acknowledge that everyone is important. This style is useful when a you need to bring together a variety of viewpoints to get the best solution; when there have been previous conflicts in the group; or when the situation is too important for a simple trade-off.
Compromising: People who prefer a compromising style try to find a solution that will at least partially satisfy everyone. Everyone is expected to give up something, and the compromiser him- or herself also expects to relinquish something. Compromise is useful when the cost of conflict is higher than the cost of losing ground, when equal strength opponents are at a standstill and when there is a deadline looming.
Accommodating: This style indicates a willingness to meet the needs of others at the expense of the person's own needs. The accommodator often knows when to give in to others, but can be persuaded to surrender a position even when it is not warranted. This person is not assertive but is highly cooperative. Accommodation is appropriate when the issues matter more to the other party, when peace is more valuable than winning, or when you want to be in a position to collect on this "favor" you gave. However people may not return favors, and overall this approach is unlikely to give the best outcomes.
Avoiding: People tending towards this style seek to evade the conflict entirely. This style is typified by delegating controversial decisions, accepting default decisions, and not wanting to hurt anyone's feelings. It can be appropriate when victory is impossible, when the controversy is trivial, or when someone else is in a better position to solve the problem. However in many situations this is a weak and ineffective approach to take.
Once you understand the different styles, you can use them to think about the most appropriate approach (or mixture of approaches) for the situation you're in. You can also think about your own instinctive approach, and learn how you need to change this if necessary.
Ideally you can adopt an approach that meets the situation, resolves the problem, respects people's legitimate interests, and mends damaged working relationships.

Understanding The Theory: The "Interest-Based Relational Approach"

The second theory is commonly referred to as the "Interest-Based Relational (IBR) Approach". This type of conflict resolution respects individual differences while helping people avoid becoming too entrenched in a fixed position.
In resolving conflict using this approach, you follow these rules:
  • Make sure that good relationships are the first priority: As far as possible, make sure that you treat the other calmly and that you try to build mutual respect. Do your best to be courteous to one-another and remain constructive under pressure.
  • Keep people and problems separate: Recognize that in many cases the other person is not just "being difficult" – real and valid differences can lie behind conflictive positions. By separating the problem from the person, real issues can be debated without damaging working relationships.
  • Pay attention to the interests that are being presented: By listening carefully you'll most-likely understand why the person is adopting his or her position.
  • Listen first; talk second: To solve a problem effectively you have to understand where the other person is coming from before defending your own position.
  • Set out the "Facts": Agree and establish the objective, observable elements that will have an impact on the decision.
  • Explore options together: Be open to the idea that a third position may exist, and that you can get to this idea jointly.
By following these rules, you can often keep contentious discussions positive and constructive. This helps to prevent the antagonism and dislike which so-often causes conflict to spin out of control.

Using the Tool: A Conflict Resolution Process

Based on these approaches, a starting point for dealing with conflict is to identify the overriding conflict style employed by yourself, your team or your organization.
Over time, people's conflict management styles tend to mesh, and a "right" way to solve conflict emerges. It's good to recognize when this style can be used effectively, however make sure that people understand that different styles may suit different situations.
Look at the circumstances, and think about the style that may be appropriate.
Then use the process below to resolve the conflict:

Step One: Set the Scene

If appropriate to the situation, agree the rules of the IBR Approach (or at least consider using the approach yourself.) Make sure that people understand that the conflict may be a mutual problem, which may be best resolved through discussion and negotiation rather than through raw aggression.
If you are involved in the conflict, emphasize the fact that you are presenting your perception of the problem. Use active listening skills to ensure you hear and understand other's positions and perceptions.
  • Restate.
  • Paraphrase.
  • Summarize.
And make sure that when you talk, you're using an adult, assertive approach rather than a submissive or aggressive style.

Step Two: Gather Information

Here you are trying to get to the underlying interests, needs, and concerns. Ask for the other person's viewpoint and confirm that you respect his or her opinion and need his or her cooperation to solve the problem.
Try to understand his or her motivations and goals, and see how your actions may be affecting these.
Also, try to understand the conflict in objective terms: Is it affecting work performance? damaging the delivery to the client? disrupting team work? hampering decision-making? or so on. Be sure to focus on work issues and leave personalities out of the discussion.
  • Listen with empathy and see the conflict from the other person's point of view.
  • Identify issues clearly and concisely.
  • Use "I" statements.
  • Remain flexible.
  • Clarify feelings.

Step Three: Agree the Problem

This sounds like an obvious step, but often different underlying needs, interests and goals can cause people to perceive problems very differently. You'll need to agree the problems that you are trying to solve before you'll find a mutually acceptable solution.
Sometimes different people will see different but interlocking problems – if you can't reach a common perception of the problem, then at the very least, you need to understand what the other person sees as the problem.

Step Four: Brainstorm Possible Solutions

If everyone is going to feel satisfied with the resolution, it will help if everyone has had fair input in generating solutions. Brainstorm possible solutions, and be open to all ideas, including ones you never considered before.

Step Five: Negotiate a Solution

By this stage, the conflict may be resolved: Both sides may better understand the position of the other, and a mutually satisfactory solution may be clear to all.
However you may also have uncovered real differences between your positions. This is where a technique like win-win negotiation can be useful to find a solution that, at least to some extent, satisfies everyone.
There are three guiding principles here: Be Calm, Be Patient, Have Respect.

Key Points

Conflict in the workplace can be incredibly destructive to good teamwork.
Managed in the wrong way, real and legitimate differences between people can quickly spiral out of control, resulting in situations where co-operation breaks down and the team's mission is threatened. This is particularly the case where the wrong approaches to conflict resolution are used.
To calm these situations down, it helps to take a positive approach to conflict resolution, where discussion is courteous and non-confrontational, and the focus is on issues rather than on individuals. If this is done, then, as long as people listen carefully and explore facts, issues and possible solutions properly, conflict can often be resolved effectively

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger