POLITIK LUAR NEGERI INDIA

I.                   Pendahuluan

India merupakan suatu negara yang terletak di kawasan Asia Selatan, India adalah negara yang memiliki penduduk lebih kurang 1,18 milyar orang dan termasuk dalam kategori negara yang memiliki penduduk terbesar nomor dua di dunia[1] dan luas wilayah India merupakan yang terbesar di kawasan Asia Selatan sehingga menjadikan India menjadi salah satu pemain kunci di kawasan tersebut baik dalam konteks regional maupun internasional. Peran India yang sangat besar dalam penyeimbang di kawasan Asia Selatan yang notabene merupakan kawasan yang memiliki potensi  konflik yang cukup tinggi baik konflik vertikal maupun horizontal serta yang melibatkan elemen-elemen di luar kawasan tersebut.

Manifestasi dari peran India yang cukup signifikan di kawasan Asia Selatan dapat dilihat dari pengimplementasian dari kebijakan politik luar negeri negara tersebut  guna mengakomodir ancaman, hambatan dan tantangan yang terjadi di kawasan Asia Selatan maupun dunia internasional baik yang bersumber dari kawasan itu sendiri atau dari luar kawasan Asia Selatan. Politik luar negeri yang diterapkan di kawasan regional maupun internasional ini dapat menjadi penentu arah bagaimana kawasan Asia Selatan dan India pada khususnya akan bergerak guna mengakomodir hambatan, ancaman dan tantangan serta kepentingan-kepentingan nasional India dalam hubungannya dengan geopolitik dan politik internasional yang sedang berjalan. Politik luar negeri India merupakan politik luar negeri yang bertumpu pada aspek pencapaian kepentingan-kepentingan nasional India serta prinsip non-blok yang telah menjadi dasar/pedoman bagi perumusan politik luar negeri India sejak masa perang dingin hingga saat ini, meskipun dalam pelaksanannya pada masa sekarang atau setelah perang dingin berakhir prinsip tersebut banyak mengalami perubahan namun tetap tidak menghilangkan dasar dari prinsip itu sendiri.

Prinsip non blok sendiri merupakan pengejawantahan dari doktrin-doktrin yang melandasi para pengambil keputusan dalam merumusakan poltik luar negeri India, secara garis besar doktrin-doktrin tersebut dapat digambarkan sebagai berikut yaitu doktrin tradisional dari kebijakan luar negeri India yang mengandung beberapa prinsip-prinsip kunci seperti kebijakan negara dan perangai negara harus sesuai dengan aturan dasar atau norma yang legal, dimana aturan dasar tersebut berasal dari cerita Mahabharata dan Gita[2] yang menekankan bahwa perang merupakan usaha terakhir yang dapat dijalankan guna mencapai tujuan-tujuan tertentu atau untuk menyelesaiakan masalah-masalah tertentu.

Dalam makalah ini kami akan berusaha untuk menjelaskan bagaimana dinamika politik luar negeri India ke dalam tiga fase era yaitu era kemerdekaan, era perang dingin dan era paska perang dingin. Kami berharap dengan membahas politik luar negeri India kita dapat mengerti bagaimana peran dan posisi India dalam politik internasional dalam arti umum dan politik regional dalam arti khusus, bagaimana India berusaha untuk mencapai kepentingan-kepentingan nasionalnya dan bersamaan dengan itu berusaha untuk memberikan pencapaian-pencapian yang positif bagi lingkungan di lingkup Asia Selatan serta Internasional.


II.                Rumusan Masalah

-          Bagaimana kebijakan politik luar negeri India pada era perang dingin dalam bidang politik, militer dan ekonomi?

-          Bagaimana kebijakan politik luar negeri India pada era pasca perang dingin dalam bidang politik, ekonomi dan militer?

III.              Pembahasan

·         Era Perang Dingin

1.      Bidang Politik

Perang dingin yang terjadi antara blok barat dan blok timur memiliki tujuan atau misi yaitu untuk mencapai hegemoni di suatu kawasan di seluruh dunia tidak terkecuali Asia Selatan. India sebagai sebuah negara yang terletak di kawasan Asia Selatan berusaha melakukan politik luar negeri yang dinamis dan ekuilibrium dengan berusaha untuk menjalin hubungan yang baik di antara dua blok yang sedang berseteru yaitu blok barat pimpinan Amerika Serikat dan blok timur pimpinan Uni Soviet.

Politik luar negeri India yang dinamis dan ekuilbrium ini direalisasikan dengan pendirian gerakan non-blok pada tahun 1961[3] dimana India berperan sebagai salah satu negara pendiri gerakan tersebut. Gerakan non-blok merupakan gerakan yang dapat didefinisikan sebagai suatu usaha oleh negara-negara di dunia ketiga untuk terlepas dari pengaruh negara-negara kuat dan berusaha untuk mencapai kemandirian dalam berbagai bidang. Pendiri dari gerakan non-blok adalah Soekarno (presiden pertama Indonesia), Jawaharlal Nehru (perdana menteri pertama India), Joseph Broz Tito (presiden pertama Yugoslavia), Gamal Abdul Nasser (presiden kedua Mesir) dan Kwame Nkrumah (presiden pertama Ghana) mereka dikenal dengan gagasan mereka dikenal dengan The Initiative of Five.[4] Gerakan non-blok pada dasarnya memiliki lima prinsip dasar yaitu :

-          Penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah masing-masing anggotanya
-          Prinsip non-agresi antara masing-masing anggota
-          Prinsip non-intervensi terhadap urusan-urusan dalam negeri masing-masing anggota
-          Persamaan dan keuntungan bersama
-          Ko-eksistensi yang damai

Gerakan non-blok sendiri merupakan salah satu wujud dari pencapain yang positif bagi India dan komunitas internasional karena dalam prakteknya gerakan non-blok dapat dimanfaatkan oleh India serta negara-negara anggotanya untuk tetap fokus pada program pembangunan bagi negaranya, hal tersebut dapat menjadi hal positif karena mayoritas anggota-anggota dari gerakan non-blok tersebut adalah negara-negara yang baru memperoleh kemerdekaannya dari kolonialisme sehingga mereka membutuhkan kondisi yang kondusif untuk mencapai rekonstruksi nasional yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara tersebut di tengah persaingan antara kekuatan adidaya blok barat dan blok timur.

Bagi India gerakan non-blok marupakan manifestasi dari pengalaman-pengalaman yang dialami India pada masa pra-kemerdekaan, dimana pada masa itu India berjuang untuk memperoleh kemerdekaan dengan jalan damai yang dipimpin oleh partai kongres.[5] Peran India dalam gerakan non-blok merupakan wujud dari politik luar negeri India yang berusaha memunculkan India sebagai kekuatan baru di antara negara-negara yang baru merdeka dan sedang berkembang, hal tersebut dapat dimaknai demikian jika kita melihat bagaimana posisi India di kawasan Asia Selatan dan kondisi India pada saat itu. Posisi India pada masa awal perang dingin merupakan negara yang baru merdeka dan dalam proses mencari posisi di tengah persaingan blok barat dan blok timur, sedangkan kondisi India yang baru merdeka membutuhkan kestabilan keadaan dan akses kerjasama internasional yang berasal dari negara-negara besar termasuk dari negara-negara blok barat dan blok timur guna mencapai rekonstruksi nasional India.

2.      Bidang Ekonomi

Kerjasama ekonomi India dengan Uni Soviet didasarkan pada perjanjian yang di tandatangani oleh kedua negara pada tahun 1971 yang merupakan wujud dari kerjasama strategis di antara kedua negara.[6], salah satunya adalah bantuan ekonomi dari Uni Soviet pada India. Bantuan ekonomi Uni Soviet kepada India merupakan reaksi dari munculnya Amerika Serikat sebagai pemain dan merupakan rival Uni Soviet pada saat  dalam percaturan politik regional di kawasan Asia Selatan. Kedekatan hubungan antara India dan Uni Soviet membawa keuntungan bagi usaha pembangunan yang sedang dilakukan India pasca kemerdekaannya pada tahun 1947, salah satu keuntungan tersebut adalah adanya bantuan ekonomi yang diperoleh India guna membantu sektor militer dan proses industrialisasi di India.

Kebijakan ekonomi India pada fase perang dingin lebih berorientasi pada kebijakan ekonomi yang proteksionisme dan mengedepankan substitusi impor, industrialisasi, intervensi negara dalam sektor tenaga kerja dan pasar-pasar keuangan.[7] Kebijakan perekonomian India juga didasarkan pada rencana pembangunan lima tahun India yang diawasi oleh komisi pengawasan rencana lima tahun. Kebijakan ekonomi India yang bercorak sosialis ini merupakan salah satu wujud dari keinginan dari pemerintah India untuk melepaskan diri dari bayang-bayang kolonialisme yang telah menghantui India hingga tahun 1947. Peran Uni Soviet dalam usaha pembagunan India dapat dikatakan signifikan karena pada tahun 1965 Uni Soviet merupakan negara yang memiliki kontribusi besar bagi India dengan menempati urutan kedua negara yang memiliki bantuan terbesar bagi pembangunan di India.[8]
Perdana menteri Nehru merupakan salah satu tokoh yang mendukung kedekatan hubungan antara India dan Uni Soviet meskipun di sisi lain India adalah anggota dari gerakan non-blok yang merupakan organisasi yang menentang adanya dominasi dua blok besar selama perang dingin. Perdana menteri Nehru beranggapan bahwa kedekatan hubungan antara India dan Uni Soviet akan menguntungkan India baik dari dalam maupun dari luar, dari dalam India dapat mengoptimalkan usaha pembangunan yang dilakukan dengan bantuan-bantuan ekonomi yang diberikan Uni Soviet kepada India serta dari luar India dapat menjaga posisinya di kawasan Asia Selatan menghadapi Pakistan yang didukung oleh Amerika Serikat karena hubungan kedua negara yang tidak terlalu harmonis. Politik luar negeri India yang mendua tersebut tidak lepas dari kepentingan-kepentingan strategis India di kawasan Asia Selatan atau mendorong keemajuan India sebagai negara yang baru merdeka dari kolonialisme.
3.      Bidang Militer

Era perang dingin merupakan suatu masa dimana blok barat dan blok timur berusaha untuk membentuk aliansi-aliansi militer di antara negara-negara di dunia. India dalam hal ini merupakan sedikit negara yang tidak memiliki aliansi dengan negara-negara blok barat maupun blok timur. India mengambil posisi demikian karena pada dasarnya India merupakan negara yang pasifis dan cenderung bersifat bertahan dalam menerapkan kebijakan militernya.

Kebijakan luar negeri India dalam bidang militer mengalami perubahan ketika meletusnya konflik yang terjadi antara China dan India, serta India dan Pakistan.[9] Perubahan kebijakan tersebut dapat dilihat dari semakin dekatnya hubungan antara India dan Uni Soviet dalam bidang militer. Kedekatan hubungan tersebut berdampak pada mengalirnya bantuan alutsista dan keuangan dari Uni Soviet bagi India sebagai sekutu dekat Uni Soviet di kawasan Asia Selatan, hal tersebut dapat dimengerti karena di sisi lain Amerika Serikat sebagai seteru Uni Soviet dalam perang dingin berusaha untuk mempersenjatai Pakistan yang notabene merupakan musuh dari India di kawasan Asia Selatan. Hubungan antara India dan Uni Soviet serta Amerika Serikat dan Pakistan merupakan katalisator dari perlombaan senjata di kawasan tersebut.

India sebagai negara yang besar dan kuat pengaruhnya di kawasan Asia Selatan berusaha untuk melakukan segala upaya untuk meraih dukungan dari negara-negara di kawasan tersebut salah satunya dengan menjalankan beberapa kerjasama militer dengan negara-negara sekitarnya untuk membentuk semacam keamanan kolektif bagi keberlangsungan kondisi yang damai, aman dan tenteram bagi seluruh negara di kawasan Asia Selatan. Tahun 1958 perdana menteri Jawaharlal Nehru berkunjung ke Bhutan untuk memperkuat hubungan kedua negara dan untuk menyatakan dukungannya bagi kemerdekaan Bhutan serta pembentukan keamanan kolektif di antara kedua negara.[10]  

·         Era Pasca Perang Dingin

1.      Bidang Politik
India merdeka 1947 dan menerapakan demokrasi dalam kehidupan politiknya. Dampaknya memang tidak sederhana. Berbagai kemelut dan kekacauan terjadi dalam pembentukan karakter demokrasinya. Penerapan demokrasi di dalam negeri India juga berdampak pada kebijakan luar negeri India pasca perang dingin, dimana pada saat itu kekuatan blok sedang melemah sehingga India lebih mengedepankan sifat hubungan yang saling menguntungkan, hal ini dapat terlihat ketika India dan Pakista nmembuat kesepakatan untuk mengurangi ketegangan di antara keduanya tentang masalah nuklir yang dimiliki oleh kedua negara tersebut.
Pertemuan kedua negara untuk membicarakan masalah tersebut dilaksanakan pada pertemuan tingkat tinggi pada 21 Februari 1999 di kota Lahore di sebelah timur laut Pakistan. Dalam kesepakatan tersebut kedua negara bersepakat untuk menghindari “kejadian yang tidak diinginkan tentang penggunaan senjata nuklir”. Dalam tataran internasional kedua negara juga menandatangani Comprehensive Test Ban Treaty (CTBT) yaitu suatu perjanjian internasional yang melarang uji coba nuklir yang selesai dibuat pada tahun 1996. 
2.      Bidang Ekonomi
Kebangkitan India sebagai raksasa ekonomi juga terkait dengan perkembangan dunia setelah 1989. India terlibat dalam perdagangan barter yang luas dengan Uni Soviet dan sekutu-sekutu komunisnya di Eropa Timur. Ketika blok negara-negara komunis ini bubar, India terpaksa membayar barang-barang yang diimpornya dengan uang tunai. Akibatnya, cadangan devisa India merosot dengan cepat, yang memicu krisis keuangan yang parah pada 1991 dan pada gilirannya memaksa India melakukan reformasi ekonomi yang radikal yang meletakkan dasar bagi kebangkitan ekonominya.
Lebih luas lagi, bangkrutnya Marxisme pada 1989 memungkinkan negara-negara di Asia, termasuk Cina dan India, mengambil kebijakan kapitalis secara terang-terangan. Walaupun   kebangkitan ekonomi Cina sudah mulai di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, baru setelah 1989 Partai Komunis Cina dapat dengan terang-terangan meletakkan penciptaan kekayaan di atas ideologi. Contoh yang diberikan Cina ini punya pengaruh yang konstruktif atas partai-partai komunis lainnya yang masih bertahan di Asia dan di negara-negara lainnya di dunia.
Secara geopolitik, keberhasilan pasca-1989 ini melintas jauh di luar batas negara-negara     Barat. Bangkrutnya Uni Soviet dengan tiba-tiba merupakan berkah strategis bagi negara- negara di Asia, karena ia berarti lenyapnya ancaman dari suatu imperium yang menakutkan    dan terbukanya jalan bagi Cina untuk dengan cepat memajukan kepentingannya secara global. Surutnya pengaruh Rusia pasca-1989 berarti kebangkitan bagi Cina.
Bagi India, berakhirnya Perang Dingin telah memicu krisis kebijakan luar negeri akibat      terputusnya hubungan dengan mitranya yang paling andal, yaitu Uni Soviet. Tapi, seperti          dengan krisis keuangan pada 1991, India mampu bangkit dengan kebijakan luar negeri yang baru--kebijakan yang melepaskan diri dari tradisi yang terlalu idealistik dan merangkul realisme dan pragmatisme yang lebih luas. India, pasca-Perang Dingin, mulai membangun      kemitraan strategis yang saling menguntungkan dengan pemain-pemain utama di Asia dan bagian-bagian dunia lainnya. "Kemitraan strategis global" dengan Amerika Serikat—suatu ciri khas dekade ini--dimungkinkan oleh pergeseran pemikiran kebijakan India pasca-1989.

              India memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sekali pun belum digarap secara maksimal, namun perekonomian India sangat jauh lebih baik daripada Indonesia. Sekali pun demikian, reformasi dan restrukturisasi ekonomi serta privatisasi masih menghadapi berbagai kendala. Seandainya India menjalankan reformasi ekonominya dengan baik, maka sangat mungkin negara ini termasuk dalam salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Perekonomian India diperkuat oleh kehadiran industri dengan dasar teknologi yang cukup kuat. Program alih teknologi India termasuk cukup berhasil. Dalam industri TI yang merupakan arus dunia saat ini, India hadir sebagai pemain kelas atas. Demikian pula dalam bidang teknologi yang lain, para teknokrat India memiliki penguasaan yang cukup tinggi hingga mampu berbicara dalam dunia teknologi internasional. Kekuatan ini menjadi dasar kuat bagi perekonomian India. Perekonomian yang tidak akan begitu mudah digoyang seperti Indonesia yang mendasarkan pada perekonomian calo.

3.      Bidang Militer
Kekuatan militer India merupakan kekuatan militer yang relatif kuat dan besar hal  tersebut dapat dilihat dari  jumlah personil India yang mencapai kekuatan satu juta personil yang dilengkapi dengan peralatan modern dengan industri pendukung, serta anggaran militer yang sangat besar, militer India merupakan salah satu yang terkuat di dunia saat ini. Di Asia India hanya dapat ditandingi oleh RRC. Adanya gabungan kekuatan militer, ekonomi, sosial, politik, sumber daya, serta teknologi memberi kesempatan bagi India untuk berkembang menjadi salah satu adidaya Asia.  

Militer India dipasok oleh 39 pabrik lokal dan 8 Defence Public Sector Undertakings (DPSUs) :
1.                  Hindustan Aeronautics Limited (HAL). Salah satu buatannya adalah LANCER, yaitu helikopter serang berbeaya rendah (low cost attack heli), serta akan membuat Intermediate Jet Trainer.
2.                  Bharat Electronics Limited (BEL). Ia khusus membuat peralatan elektronik untuk mesin perang. Sangat bermanfaat dalam menghadapi embargo, dengan membuat unsur alternatif.
3.                  Bharat Earth Movers Limited (BEML), membuat peralatan berat.
4.                  Mazagon Dock Ltd (MDL), membangun kapal perang sampai 6000 DWT dan kapal sipil sampai 27.000 DWT, termasuk kapal selam, kapal rudal, fregat, corvette dan perusak. Perusak ke-dua, INS Mysore, diresmikan penggunaannya pada Juni 1999.
5.                  Goa Shipyard Limited (GSL), membuat kapal modern yang lebih kecil. Buatan terakhirnya adalah Extra Fast Attack Craft (Mei 1999) dan Advance Offshore Patrol Vessel (Mei 1999).
6.                  Garden Reach Ship builders and Engineers Limited (GRSE), membuat kapal perang, serta perbaikan kapal.
7.                  Bharat Dynamics Limited (BDL), membuat ATGM SS11 B1 teknologi Aerospatiale Prancis, ATGM Milan teknologi Euromissile Prancis, serta ATGM Konkurs teknologi Rusia, serta amunisinya.
8.                  Mishra Dhatu Nigam Limited (Midhani), membuat bahan khusus dan lakuranadi (superalloy) untuk kepentingan pertahanan, energi atom, luar angkasa, kedirgantaraan, dsb.

-          Hubungan Luar Negeri
-          Rusia
India adalah bagian dari politik luar negeri Soviet di Asia. Itu waktu Sovyet masih ada. Kebijakan politik India yang non-alignment (non-blok) memberi Soviet pijakan di Asia Selatan. Soviet menjadi pemasok terbesar bagi militer India, menjamin adanya pasokan kemiliteran yang bebas dari persyaratan berat dan resiko embargo.
Setelah Soviet bubar, Rusia tetap menjadi pemasok senjata nomor satu bagi militer India. Dalam beberapa kerjasama yang dilakukan Rusia memberikan teknologi kepada India, walau pun hanya teknologi lapis ke-dua. Sebagaimana Soviet, Rusia tetap memperhitungkan bahwa teknologi yang dipindahkan ke India dapat berpindah tangan ke AS, melalui Inggris atau Perancis juga ke Cina. Persahabatan India dan Rusia diperkuat oleh faktor Cina, dimana keduanya pernah mengalami konflik perbatasan dengan Cina. Demikian pula dengan faktor separatisme khususnya yang berkaitan dengan fundamentalisme Islam. Rusia berhadapan dengan masalah yang lebih berat di Dagestan dan Cechnya yang memperoleh pasokan bahan dan milisi dari Afghanistan. Sebaliknya, India sangat membutuhkan Rusia untuk veto di PBB dalam masalah Kashmir dan kepemilikan senjata nuklir. Kemampuan India dalam mencapai minimum detterence-nya baru dapat dicapai dalam 25 sampai 50 tahun sebelum India dapat menandatangani NPT dan CTBT (perjanjian yang membatasi percobaan, kepemilikan dan penyebaran senjata nuklir) dan ini tidak mungkin dilakukan tanpa dukungan Rusia, baik dalam hal teknologi maupun perlindungan veto di PBB.
-          Amerika Serikat
upayanya untuk memiliki senjata nuklir. Embargo militer tersebut masih berlaku hingga sekarang setidaknya untuk peralatan militer yang sensitif, karena India menolak menandatangani NPT dan CTBT.
Kedekatan India dengan Soviet (kemudian Rusia) otomatis membuat India kurang disukai oleh AS. Namun dikarenakan letak geografisnya, pendiriannya yang non-blok, serta keberadaannya sebagai negara demokrasi, para analis militer AS menyimpulkan bahwa konflik dengan India sangat kecil kemungkinannya.
-          Eropa
Prancis termasuk pemasok senjata bagi India. Teknologi nuklir India pada awalnya berasal dari Prancis. Sikap Prancis yang non-alignment membuatnya tidak terlalu dipengaruhi oleh AS. Namun setelah India menolak menandatangani NPT, tekanan dunia mengharuskan Prancis untuk turut membatasi teknologi yang dipasok ke India.
-          Inggris
Inggris merupakan bapak India. Sebagai negara commonwealth, India secara tradisi mendapat perlindungan dari Inggris. Hanya saja saat ini, pamor Kerajaan Inggris sudah hilang dari dunia, bahkan mendapat julukan Putra Mahkota yang Memalukan, The Prince of Charm, to be King of Buckingham, Defender of adultery (plesetan dari Prince of Wales, to be King of England, Defender of Faith), sedang sumber daya yang dimilikinya jauh dari mencukupi untuk dapat menjadi adidaya di zaman moderen ini.
-          Asia
ASEAN adalah tempat bagi bagi bangsa-bangsa yang cinta damai. ASEAN membawa dampak positif bagi seluruh bangsa di dunia kecuali bagi Indonesia. Terimakasih pada para pejabat di Jakarta yang lebih senang memberi makan Singapura daripada mengurusi kemajuan Irian. ARF (ASEAN Regional Forum) sangat bermanfaat bagi India untuk melakukan komunikasi akrab yang terbuka dengan negara-negara lain. Hanya saja dalam forum regional yang cukup luas seperti itu India sering menjadi bulan-bulanan karena sikapnya yang tidak mau menandatangani NPT dan CTBT. Pelajaran dari Asean digunakan oleh India untuk membentuk kumpulan regionalnya sendiri, Bimstec, yang terdiri atas Bangladesh, India, Myanmar, Sri Lanka dan Thailand.
-          Israel
Israel, negeri kecil dengan kekuatan besar ini, adalah kunci dalam pengembangan militer negara-negara berkembang. India menyadari hal ini sejak 1992. Sebelumnya, sama seperti Indonesia, desakan fanatik dalam negeri, serta kebijakan politik untuk mengambil hati kaum fanatik menghalangi dibukanya hubungan diplomatik dengan Israel. Kunjungan Presiden Israel Ezer Weizman tahun 1996 mewakili akhir dari kebijakan tak-berdasar tersebut. Dari hubungan ini India memperoleh keuntungan yang sangat besar, terutama karena Israel tidak terlalu pelit dalam pengalihan teknologi. Israel bahkan tidak mempermasalahkan kedekatan hubungan politik India dengan Iran, atau negara-negara Arab yang masih ingin membuang Israel kelaut. Dari Israel, India memperoleh amunisi, radar, FAC, electronic warfare system, UAV, serta upgrade berbagai peralatan militer. Israel terkenal dalam pemanfaatan mesin-mesin militer lama dan mengubahnya menjadi peralatan moderen, serta membuat sendiri suku cadang untuk menghindari embargo, baik peralatan Rusia maupun AS dan Eropa. Dengan naiknya beaya produksi di Rusia akibat gejolak internal, Israel saat ini merupakan pemasok senjata nomor dua untuk India
.


















IV. Kesimpulan

Politik luar negeri India merupakan politik luar negeri yang dinamis dan ekuilibrium, meskipun pada saat terjadi konflik yang melibatkan India, China serta Pakistan, India melakukan perubahan politik luar negerinya menjadi lebih dekat pada salah satu pihak dalam kasus ini Uni Soviet. Perubahan kebijakan politik luar negeri India setidaknya dapat digambarkan sebagai respon terhadap kebutuhan dalam negeri India, karena pada dasarnya politik luar negeri merupakan suatu cara/jalan untuk mengakomodir kepentingan-kepentingan nasional suatu negara yang didasarkan pada kondisi, kebutuhan dan keamanan dalam negeri suatu negara baik dalam kawasan maupun lingkup internasional.

India sebagai suatu negara yang memiliki potensi yang cukup untuk menjadi negara “super power” menyadari hal tersebut dan berusaha untuk memaksimalkan potensi-potensi yang ada untuk menjadi negara yang memimpin di kawasan Asia Selatan baik dalam bidang ekonomi, politik dan militer. Keberhasilan India hari ini merupakan salah satu bukti nyata dari semangat yang di gaungkan oleh Mahatma Gandhi serta Jawaharlal Nehru pada saat India merdeka. India hari ini merupakan hasil kerja keras rakyat dan pemerintah India dalam membangun negaranya menjadi negara yang disegani di dunia internasional.




DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Kothari Rajni, Politics in India, Orient Longman Ltd. , New Delhi, 1989.
Metcalf D Barbara, Metcalf,R, Thomas, A Concise History of Modern India, Cambridge University Press, Cambridge, 2006.


Internet :






1 komentar:

Cahterateaddress.blogspot.com mengatakan...

Terlalu bertele tele tulisanya mass, yg penting2 aja,, dan satu arti di tulis berkali kali, shingga yg baca bosan,,,

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger