LHD Mistral, Kapal Serang Amfibi Terbaru Rusia Dari Perancis


Akhirnya Pemerintah Rusia memutuskan membeli dua kapal induk helikopter (Landing Helicopter Dock/LHD)buatan Perancis untuk memperkuat kemampuan Angkatan Laut-nya. Ini adalah transaksi terbesar dan kali pertama Moskwa membeli alutsista taktis dari negara anggota NATO.

Dalam pernyataan yang dirilis Jumat (24/12) lalu, Kremlin menyatakan akan membeli dua kapal perang kelas Mistral dari Perancis dengan harga 400-500 juta euro (Rp 4,7-5,9 triliun) per-unit. Meskipun kuat dugaan Rusia sebenarnya membeli total empat unit kapal ini, dengan perjanjian dua unit pertama dibuat di Perancis dan dua unit selanjutnya dibuat di galangan kapal Rusia.

Dalam pernyataan resmi untuk menyambut baik keputusan Rusia ini, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengatakan, pembuatan dua kapal tersebut akan dikerjakan konsorsium beranggotakan dua perusahaan Perancis, DCNS dan STX, bekerjasama dengan perusahaan galangan kapal OSK dari Rusia. ”Konsorsium ini adalah langkah pertama pembuatan bersama kapal tipe ini, yang akan dilanjutkan dengan pembuatan dua unit tambahan,” demikian bunyi pernyataan Sarkozy.

Bahkan saat kunjungan kenegaraan ke Rusia Oktober 2010 lalu, Sarkozy juga menyatakan, pembuatan kapal pesanan Rusia ini akan memberikan lapangan pekerjaan bagi 1.000 warga Perancis selama empat tahun. Langkah Perancis menjual teknologi militer kepada Rusia ini sempat diprotes negara-negara tetangga Rusia dan Amerika Serikat sebagai anggota NATO.

Dalam sebuah bocoran kawat diplomatik rahasia AS di WikiLeaks, terungkap kekhawatiran Menteri Pertahanan AS Robert Gates, yang menyebut penjualan kapal perang Perancis ke Rusia itu bisa menimbulkan salah paham di kalangan negara-negara sekutu AS di kawasan Eropa Tengah dan Timur.

Sebaliknya, Menteri Pertahanan Perancis Herve Morin mengatakan, negara-negara Barat harus menaruh kepercayaan lebih besar pada Rusia. ”(Penjualan) kapal ini tak akan berpengaruh banyak terhadap kemampuan Rusia karena kemampuan produksi persenjataan AL Rusia sudah sangat ketinggalan,” tutur Morin.


LHD FS Mistral

Kapal kelas Mistral dirancang untuk melakukan misi serangan amfibi, kapal komando, dan pengarah serangan, kapal jenis ini lebih dikenal sebagai kapal induk helikopter karena mampu mengangkut 16 helikopter atau pesawat tempur berkemampuan VTOL beserta empat kapal pendarat pasukan, 40 tank MBT, dan 450 prajurit.

Kepincut Mistral

Setahun lalu, tepatnya Minggu 22 November 2009, menjadi hari paling bersejarah dan membanggakan buat industri pertahanan Perancis. Bagaimana tidak, hari itu untuk pertama kalinya kapal perang amfibi terbaru Perancis dari kelas Mistral berlabuh di pelabuhan St Petersburg, Moskow. Lawatan AL Perancis ini bukan sekedar kunjungan biasa, namun lebih dimaksudkan untuk mem-preview performa dan kapabilitas kapal kepada calon pembeli potensialnya, Rusia.

Selama kunjungan tersebut (22-27 November), tanpa sungkan pejabat AL memberikan kesempatan beberapa helikopter AL Rusia untuk berlatih pendaratan diatas kapal FS Mistral. Latihan lepas landas heli Rusia ini di dampingi oleh beberapa perwira kapal, helikopter Rusia seperti heli anti kapal selam Kamov Ka-27/29 “Helix” dan heli serang Ka-52 “Alligator sukses lepas landas dari atas dek kapal. Heli-heli ini juga melakukan simulasi pengisian bahan bakar dan perawatan di hanggar helikopter.

Sebelumnya pada Agustus 2009 lalu, beberapa media Rusia melansir berita yang menyatakan Moskow akhirnya menyetujui pembelian satu kapal perang amfibi jenis Landing Helicopter Dock (LHD) dari Perancis hingga senilai US$750 juta (7,5 trilyun Rupiah).

Berita ini dikutip dari pernyataan Kepala Staf Umum Rusia, Jenderal Nikolai Makarov, yang mengatakan bahwa: "Kita sedang bernegosiasi dengan Perancis untuk pembelian satu kapal Mistral saat ini, dan berencana untuk melisensi 3-4 kapal yang sama untuk dibangun di Rusia”.


Helikopter serang Rusia, Ka-52 "Alligator" berlatih pendaratan diatas deck FS Mistral

Kepala Staf AL Rusia Laksamana Vladimir Vysotskiy menambahkan, “kapal kelas Mistral ini sangat berguna buat AL Rusia terutama dalam operasi pendaratan amfibi. Kapal ini memungkinkan gugus tempur armada Laut Hitam melakukan misi operasi amfibi hanya dalam waktu 40 menit, tidak seperti sekarang yang memakan waktu hingga 26 jam”.

Mistral pertama kali diluncurkan pada tahun 2006 dan pernah diterjunkan mengevakuasi pengungsi di perang Libanon 2008, kapal ini dibangun di galangan kapal DCNS (Direction des Constructions Navales Services), Perancis.

Kapal induk sekaligus pendarat amfibi ini menjadi yang pertama dibeli Rusia dari negara anggota NATO. Bahkan para pejabat NATO di Brussels, Belgia, enggan berkomentar mengenai kemungkinan pembelian kapal ini. Sebelumnya Rusia juga pernah melakukan pembelian peralatan militer berupa pesawat intai nir awak (UAV) dari Israel.


RFS Yamal, LST Russia dari kelas Ropucha II

Kredo yang melekat pada persenjataan Rusia: tangguh, kuat, mudah perawatannya dan harga yang relatif murah, bukan jaminan Kremlin percaya pada kemampuan industri pertahanannya. Doktrin pertempuran amfibi yang kian berkembang cukup jadi alasan negara ini mengedepankan pondasi baru dalam menciptakan persenjataan modern, termasuk didalamnya “akselerasi dan efisiensi”.

Invasi ke Georgia pada Agustus 2008 lalu menjadi pelajaran penting betapa lambatnya pengerahan kekuatan militer Rusia dari laut, terutama dalam hal operasi pendaratan amfibi yang notabene menggunakan kapal-kapal pendarat tua 'Ropucha II class' yang diproduksi pada era perang dingin. Untuk menyelesaikan penggelaran operasi pendaratan besar saja diperlukan waktu hingga 25 jam.

Padahal teritori Georgia di Abkhazia berbatasan dengan pantai Laut Hitam yang merupakan satu garis pantai dengan Rusia, sedangkan di kawasan ini Rusia memiliki gugus tugas tempur laut terbesar dan terlengkap. Operasi tempur kekuatan di udara tidak sebanding kecepatannya dengan operasi pendaratan pasukan dan peralatan militer.

Bukan hanya alasan ini saja, Kremlin dalam beberapa tahun belakangan ini terus berupaya meningkatkan prestise Rusia di kancah internasional. Rusia, misalnya mengirimkan kapal perangnya berpatroli ke kawasan laut Somalia bersama dengan negara lain untuk menumpas perompakan laut.

Belum lagi latihan militer bersama untuk pertama kalinya diluar kawasan laut Rusia dengan Angkatan Laut Venezuela di laut Karibia serta lawatan kebeberapa negara Amerika latin di tahun 2008. Pemerintahan Rusia merasa perlu membenahi struktur dan doktrin kekuatan lautnya dengan cepat, sesuai dengan perkembangan kekuatan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Untuk itulah Rusia merasa perlu ada kebijakan dan langkah tepat berupa program “think tank” dengan mengadopsi doktrin kekuatan laut negara lain yang dianggap mempunyai visi dan misi maju denga AL-nya, tentunya negara ini tidak mengintervensi secara sepihak dengan berbagai kebijakan politis Kremlin.

Sekilas LHD Kelas Mistral

FS Mistral merupakan hasil kombinasi beberapa fungsi kapal, diantaranya kapal serang amfibi, kapal komando, kapal rumah sakit, kapal angkut personel dan angkut kompi mekanis.


LHD kelas Mistral, FS Tonnerre (L-9014)

Bruno Daffix, juru bicara Departemen Pertahanan Perancis yang menangani ekspor dan agen penjualan peralatan militer, memberikan gambaran kapal Mistral sebagai "Pisau Swiss Army-nya AL Perancis". Gambaran ini merujuk pada ragam jenis pisau dan tools dengan fungsi yang berbeda dan tersusun rapi dalam satu device.

Di Perancis sendiri kapal multifungsi seperti ini diberinama Batiment de proyeksi et de commandement (BPC), yang berarti “cerminan kapal komando masa depan”.

Jika Rusia jadi mengakuisisi Helicopter Carrier ini, Mistral menjadi kapal induk kedua setelah kapal induk Laksamana Kuznetsov yang tinggal semata wayang. Kondisi kapal pun saat ini tidak terlalu baik, sering mengalami kerusakan dan banyak bagian yang harus diperbaiki.

Mistral mampu mengangkut 16 heli transport NH90 atau AS-725 Cougar dan 36 heli serang EC-665 Tiger, kapal ini murni dibuat oleh industri pertahanan Prancis DCNS (Direction des Constructions Navales Services) yang bermitraan dengan Thales dan galangan kapal Chantiers de l'Atlantique.

Mistral sangat fleksibel mengangkut beragam peralatan perang, seperti: helikopter, tank, ranpur mekanis dan sejumlah besar pasukan bersenjata lengkap. Termasuk kesiapannya mengakomodir pesawat pesawat AV-8B Harrier II dan F-35 Lightning II jika dibutuhkan.

Bahkan satu landasan dimungkinkan untuk mengakomodasi bobot V-22 Osprey atau helikopter angkut berat CH-53E Super Stallion.

Sebagai feeder pendarat platfrom ke garis pantai, Mistral juga telah dilengkapi dengan empat kapal pendarat konvensional atau jika diperlukan bisa digantikan dengan dua hovercraft LCAC.


Tank M1A1 'Abrams' saat memasuki embarkasi FS Tonnerre

Untuk kapasitas angkut kompi mekanis, kapal ini sanggup memuat hingga 59 kendaraan tempur (ranpur) berbagai varian. Mulai dari light-tank, VAB, main battle tank termasuk didalamnya 450 personel bersenjata lengkap.

Selain itu terdapat juga fasilitas rumah sakit dengan 69 bangsal perawatan dan 2 ruang bedah. Semua kemampuan kapal ini memenuhi syarat standar layanan operasi militer “NATO Response Force” dan “UN Peace Keeping Force”.

Perancis sendiri saat ini baru memiliki 2 unit kapal kelas Mistral, yakni: FS Mistral (L9013) dan FS Tonnerre (L 9014). Sedangkan untuk kapal ketiga dan ke-empat sudah mulai dikerjakan pembangunannya pada April 2009 dan awal tahun 2010 nanti


LPD Prancis dari kelas Foudre

Sejarah

Pada tahun 1997 galangan kapal Perancis, DCNS, mulai mengkaji rancang bangun kapal angkut amfibi berkemampuan multi-platform yang diberi nama kapal Batiment d'intervensi polyvalent (BIP). Berbagai kajian dilakukan untuk mempelajari, menganalisa dan mengsingkronisasi doktrin operasi amfibi AL Prancis.

Hasilnya, banyak perubahan yang harus dilakukan termasuk merombak doktrin operasi amfibi AL Prancis yang ada guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekarang. Perubahan ini didefinisikan dalam sebuah konsep yang diberi nama doktrin CNOA (Concept national des opérations amphibies), lebih kurang maknanya : "Konsep nasional operasi amfibi".

Munculnya konsep baru peperangan amfibi dan perwujudan rancang bangun kapal BIP ini diharapkan mampu memproyeksikan kemampuan operasi amfibi AL Perancis kedepan. Dimana sebelumnya Perancis hanya diperkuat kapal Landing Platform Docks (LPD) dari kelas Foudre (L9011) dan kelas Ouragan (L9021).

Dalam doktrin CNOA ditegaskan bahwa Perancis harus memiliki kapal dengan kapabilitas serang amfibi, angkut pasukan dan kendaraan tempur serta helikopter serang dan pendukungnya. Diharapkan Perancis bisa lebih maju dan mampu mengintegrasikan beragam tugas operasi laut, dimana asas implementasinya berdasarkan kerangka kerjasama NATO's Allied Tactical Publication No.8B (ATP8) dan prosedur operasi amfibi Uni Eropa.

Sementara untuk sarana pendukung udara, doktrin CNOA merekomendasikan pengadaan heli angkut personel, suply logistik, transport dan heli serbu. Rekomendasi ini dibutuhkan untuk mendukung pergerakan seluruh pasukan setara 4 kompi tempur (1.400 personel), termasuk didalamnya 280 ranpur dan 30 heli.

Mobilisasi kekuatan ini ditutut harus mampu mandiri di wilayah operasi, dimana dan kapan pun di seluruh dunia, tentunya dengan memperhitungkan dukungan logistik dan persenjataan selama 10 hari. Juga mampu memobilisasi gerakan pasukan dan segala sarana pendukungnya hingga 100 kilometer melewati garis pantai musuh.

Desain Mistral

Sebelum pembangunan kapal Mistral dilaksanakan, studi kelayakan dan kesiapan industri pertahanan dilakukan dengan merestrukturisasi serta integrasi sistem, saranan dan prasarana yang ada di dalam negeri. Mistral dibangun dengan konsep modular (per-modul), dan beberapa perangkat pendukung di suply dari negara-negara di Uni-Eropa sedangkan kontruksinya oleh galangan kapal dalam negeri, DCNS.

Sebelum Mistral masuk fase produksi, pada tahun 1997 DCNS melakukan kompetisi desain kapal BIP, kompetisi desain ini dikenal dengan nama project Nouveau de chalands de débarquement (NTCD). Dimana spesifikasi desain masih mengacu pada project helicopter carrier bertenaga nuklir Perancis PH-75 yang pernah dibatalkan.


Konstruksi Mistral di bangun per-modul, penggabungan modul bagian depan dan tengah di galangan DCNS, Brest. Juli 2004.

Berdasarkan hasil penyeleksian, ada 4 konsep desain yang layak dan sesuai dengan spesifikasi yang di inginkan NTCD. Salah satu desain dengan kapasitas angkut terbesar adalah BIP-19, desain inilah yang menjadi pemenang dan menjadi dasar pembangunan kapal kelas Mistral.

BIP-19 mempunyai dimensi panjang 190 meter (long flush deck), tinggi 26,5 meter, batas kedalaman 6,5 meter dan bobot sekitar 19.000 ton. Sebenarnya ukuran ini agak melampaui persyaratan yang telah dikonsepkan NTCD.

Tiga desain lainnya dirancang lebih kecil dibanding BIP-19, namun ketiganya memenuhi konsep persyaratan yang ditentukan NTCD. Diantaranya adalah : BIP-13 (bobot 13.000 ton, panjang 151 meter), BIP - 10 (bobot 10.000 ton, panjang 125 meter) dan BIP-8 (bobot 8.000 ton, panjang 102 meter). Desain BIP-8 dibuat berdasarkan kapal amfibi Italia kelas San Giorgio, dengan memodifikasi tambahan landasan dan hanggar helikopter.


Perbandingan kelas Mistral dengan kelas Foudre.

Selanjutnya konsep desain BIP-19 dipelajari dan dideskripsikan kelayakannya oleh beberapa ahli teknik perkapalan yang dibentuk khusus menangani project ini di Saint-Nazaire pada September 2001. Uji kelayakan ini berada dibawah tanggung jawab DCN, Chantiers de l'Atlantique dan DGA (semacam lembaga Litbang di AL Perancis) dibawah pengawasan Kepala Staf Pertahanan Perancis.

Secara paralel konsep BIP-19 disempurnakan dengan beberapa perubahan diantaranya lift utama pesawat di sisi kanan yang bersebelahan dengan landasan utama (seperti kelas Tarawa) dipindahkan ke buritan kapal. Dan posisi lift pendukung diposisikan di belakang superstruktur.

Selama proses kelayakan desain, sebuah model dengan skala 1:120 dibuat dan diuji di terowongan angin, hasilnya kapal kurang stabil menahan crosswinds yang cukup kuat. Ketinggian dan panjang struktur menara juga menciptakan turbulensi di sepanjang dek landasan terbang.


Penampang BIP Mistral

Untuk mengatasi hal ini superstruktur dan badan kapal BIP-19 dimodifikasi untuk meminimalkan efek-efek tersebut menjadi lebih baik.

Pada hanggar debarkasi basah (well-deck) konsep desain BIP-19 mampu menampung 2 hingga 4 kapal pendarat jenis Sabre. Dan dari hasil review BIP-19 tersebut senat Perancis menyimpulkan bahwa sistem peluncur dan recovery pesawat di dek (STOBAR/ Short Take Off But Arrested Recovery) ada di luar lingkup CNOA untuk memodifikasi desainnya.

Kemudian project NTCD berganti nama menjadi Porte-hélicoptères d’intervention (PHI/ helicopter carrier) pada Desember 2001, dan berganti lagi menjadi project Batiment de proyeksi et de commandement (BPC-250).  
Copyright ALUTSISTA

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger