KRI BANJARMASIN

Kapal buatan PT PAL ini menjadi kapal Landing Platform Dock LPD ketiga yang masuk jajaran TNI AL. Dua kapal LPD pertama yakni KRI Makasar-590 dan KRI Surabaya-591 dibuat pabrik Korea Selatan, Daewoo International Corporation, dan diserahkan kepada TNI AL tahun silam. Sejatinya, kapal LPD ke-3 ini juga dipesan Indonesia dari Dae Sun Shipbuilding (DSS), Korea Selatan. Tetapi pengerjaannya dibuat di galangan kapal PT PAL dengan pengawasan tenaga ahli dan peralatan dari DSS. Pembuatan LPD KRI Banjarmasin 592 ini merupakan transfer of technology kepada industri strategis nasional.
Dari sisi performannya kapal produksi Surabaya ini mengalami peningkatan kwalitas bila di bandingkan dengan dua  kapal LPD sebelumnya yang di bangun di Korea Selatan. Penyempurnaan tersebut di sesuaikan dengan kebutuhan operasional TNI-AL antara lain:
  • Daya angkut helikopter dari 3 buah menjadi 5 buah.
  • Kecepatan kapal dari 15 knots menjadi 15,4 knots
  • Bentuk bangunan atas  ”stealth design” yang dapat mengurangi ”Radar Cross Section” sehingga tidak mudah ditangkap  radar musuh.
  • Getaran kapal sangat rendah sehingga menambah kenyamanan crew kapal dalam pelayaran.
  • Kapal ini dipersenjatai dengan 1 unit kaliber 57 mm dan 2 unit kaliber 40 mm.
  • Dapat dipasangi senjata unit kaliber 100 mm dan dilengkapi ruang khusus untuk sistem kendali senjata (fire control system), yang memungkinkan kapal mampu melaksanakan pertahanan diri.
Bersama dengan 4 Kapal LPD lainnya, KRI Banjarmasin 592 dipesan dan dibeli dengan fasilitas pembiayaan kredit ekspor tahun 2003. Kapal LPD terakhir akan diserahkan pada Januari tahun depan. KRI 592 berfungsi sebagai pengangkut kapal pendarat pasukan, operasi amfibi, pengangkut tank, pengangkut personel, juga untuk operasi kemanusiaan dan penanggulangan bencana serta pengangkut helikopter.
KRI Banjarmasin-592 sendiri merupakan kapal LPD standar yang memiliki panjang 125 meter, lebar 22 meter, berat 7.300 ton. Kapal perang yang dapat melaju maksimal hingga 15,4 knot ini mampu mengangkut 344 (592?) personel, 13 unit tank, 2 unit Landing Craft Vehicles, 5 unit helikopter. Kapal ini juga dipersenjatai dengan 1 unit kaliber 57 mm dan 2 unit kaliber 40 mm.
Info : Harga KRI Banjarmasin sekitar USD 30 juta atau Rp 300 miliar.

Berikut Beberapa Jenis Kapal Produk PT PAL Indonesia
Kapal Patroli Cepat 57 meter NAV IV Kapal Patroli Cepat 28 Meter 1
Kapal Patroli Cepat 28 Meter 3 Kapal Patroli Cepat 57 meter NAV V
Kapal Patroli Cepat 28 Meter 2 Kapal Patroli Cepat 57 meter NAV II

Kebangkitan Industri Pertahanan
Bermula dari embargo senjata oleh negara produsen utama seperti Amerika Serikat, pemerintahan Megawati mengambil kebijakan lain dengan membeli persenjataan dari negara produsen lain selain Amerika. Pembeliaan Sukhoi dari Rusia hingga pemesanan kapal-kapal perang dari Korea Selatan. Dan beriringnya waktu, pemerintahan SBY-JK secara kontinyu pula mengembangkan pemanfaatan industri pertahanan nasional.
Selama ini upaya memodernisasi peralatan pertahanan secara bertahap terhambat oleh embargo yang dilakukan oleh beberapa negara. Kondisi ini diperparah dengan relatif rendahnya upaya pemanfaatan industri nasional dalam memenuhi kebutuhan peralatan pertahanan. Ketidaksesuaian diantara kebutuhan peralatan pertahanan di satu sisi serta kemampuan teknis dan finansial industri nasional di sisi lain merupakan salah satu penyebab ketertinggalan peralatan pertahanan dan ketergantungan terhadap negara lain.

Program-program modernisasi peralatan militer dari produk lokal baru terealisasi sekitar tahun 2007. Ketika itu, pemerintah SBY-JK memesan 154 panser dari PT Pindad. Dan hingga 7 Juli 2009 PT Pindad telah menyelesaikan pembuatan 60 unit panser APS 6×6 pesanan pemerintah. 60 unit panser ini memperkuat alutsista nasional. Perfoma dan kualitas Panser Pindad tidak diragukan lagi. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Pemerintah Malaysia tertarik untuk kembali membeli panser buatan PT Pindad Indonesia. Sebelumnya Malaysia telah membeli (mengimpor) sekitar 30 unit panser PT Pindad. Namun rencana pesanan Malaysa ini terkendala dengan keterbatasan kapasitas produksi dari Pindad (matanews).
Begitu juga proyek-proyek LAPAN yang bekerja sama dengan PT DI dan PT Pindad terus menggores prestasi dengan peluncuran Roket RX-420 dengan jarak jangkau 200 km pada 2 Juli 2009 (Nusantaraku). Dan di akhir November ini, kita kembali mendengar berita yang membanggakan yakni keberhasilan PT Pindad dalam manufaktur Kapal Perang Jenis LPD. Meskipun sebagian besar komponen diimpor serta melalui kerjasama dengan perusahaan Korea Selatan, setidaknya perusahaan BUMN ini mampu belajar dan mendapat transfer technology pembuatan kapal perang.

Kontribusi nyata dari PT PAL sangat diharapkan bagi rakyat Indonesia. Meskipun selama ini perkembangan industri PT PAL ‘nyala-hidup’ bak putaran roda, kita berharap terus pemerintah SBY-Boediono mendorong industri penunjang perkapalan sehingga nantinya kandungan lokal kapal akan semakin banyak. Dan kita berharap agar industri-industri BUMN strategis terus di-maintain sekaligus di-upgrade.

PT.PAL Indonesia sendiri merupakan BUMN industri strategis yang berdiri sejak tahun 1980 dan merupakan industri maritim serta produksi kapal terbesar di Asia Tenggara, dengan luas area 120 Ha dan berlokasi di Ujung Surabaya, dengan jumlah karyawan 2305 orang dan total Aset sebesar Rp. 3,2 Trilyun. Bersama PT DI dan PT PIndad, PT PAL didirikan atas prakarsa Presiden BJ Habibie.
Di usia ke-30 tahun, PT PAL telah berkontribusi dalam merancang dan membangun kapal baik untuk kapal niaga, kapal perang dan alat apung lainya. Sejak tahun 1980 PT PAL telah menghasilkan berbagai jenis dan ukuran kapal mulai dari FPB 14 meter, 28 meter, 38 meter dan 57 meter serta LPD 125 meter dan kapal niaga sampai dengan ukuran 50.000 DWT. Sampai dengan saat ini telah menyelesaikan kapal lebih dari 150 kapal berbagai jenis dan ukuran.

Dan melalui kerja sama antara PT PAL dan TNI serta dengan industri berteknologi tinggi dari luar negeri, kita berharap PT PAL tidak hanya memproduksi kapal patroli dan kapal perang standar. Masih banyak kapal-kapal perang yang dibutuhkan oleh negara maritim ini. Diantaranya adalah Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) dan  LST (Landing Ship Tank).

Kedepan diharapkan program pembangunan Kapal PKR dan LST dapat terjalin dengan baik antara PT PAL,  TNI  dan bila mungkin dengan perusahaan luar yang mau melakukan tranfer teknologi sehingga dapat meningkatkan kemampuan industri pertahanan pada umumnya dan PT PAL pada khususnya. Pengadaan alutsista dari industri lokal secara  langsung turut membangun kemandirian penyiapan alat utama pertahanan sekaligus berperan dalam penghematan devisa negara.
Sinergi antara PAL INDONESIA DEPHAN dan TNI-AL, dalam penguasaan teknologi tinggi hendaknya  dikembangkan terus menerus tidak hanya untuk pembangunan kapal baru tapi juga meliputi perbaikan dan pemeliharaan kapal-kapal TNI-AL yang lain dalam rangka ikut menopang kesiapan operasional kapal dalam rangka menjaga keamanan dan pengamanan perairan wilayah yuridis Indonesia. Dan dimasa depan Industri Maritim Indonesia dapat berkembang lebih maju.

Sedikitnya ada 3 alasan mengapa kita perlu bangga. Pertama, KRI Banjarmasin dibuat langsung oleh putra-putri Indonesia di PT PAL, sebuah BUMN strategis yang berpusat di Surabaya. Alasan kedua adalah langkah maju untuk kegemilangan industri dan pertahanan maritim, yang kedepan diharapkan Indonesia mampu memposisikan negara dengan kekuatan maritim terbesar. Dan alasan terakhir adalah timbulnya nasionalisme dan rasa percaya diri rakyat untuk cinta produk dalam negeri karena pemerintah dan TNI telah memberi contoh untuk menggunakan produk dalam negeri dalam rangka pemanfaatan industri pertahanan nasional.

Kapal-kapal Perang Jenis Sigma yang Memperkuat Maritim Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger