Mesin
EMB-314 Super Tucano ditenagai oleh mesin turboprop asal Kanada Prat & Whitney PT6A-68A berdaya 969 kW. Mesin ini telah dilengkapi dengan sistem pemantau dan control otomatis. Sedangkan untuk varian ALX memiliki mesin yang jauh lebih kuat daripada EMB-314 (AT-29). ALX ditenagai mesin turboprop Pratt dan Whitney Kanada jenis PT6A-68/3 berdaya 1.600 shp. Keduanya memiliki lima bilah propeller dari Hartzell dengan kecepatan konstan sepenuhnya.
Tucano memiliki daya tampung bahan bakar sebanyak 695 liter, yang mampu memberikan jangkauan operasi sejauh 1.500 km dengan ketahanan terbang selama 6 jam 30 menit. Pesawat memiliki kecepatan jelajah hingga 530km/jam dengan kecepatan maksimum 560km/jam.
Sejarah Operasional
25 Super Tucano varian AT-29B yang dibeli langsung dari Embraer oleh AU Kolombia senilai 234 juta dollar, diterima secara bertahap dalam 4 kali pengiriman. Tiga pesawat pertama diterima pada 14 Desember 2006 di Lanud militer CATAM di Bogotá. Kemudian menyusul 2 pesawat pada hari minggunya tanggal 16 Desember 2006. Kolombia menerima kembali 10 pesawat pada semester pertama tahun 2007 dan sisanya pada Juni 2008.
Super Tucano digunakan AU Kolombia untuk menggantikan peran pesawat sejenis, Rockwell OV-10 Bronco dan Cessna A-37 Dragonfly.
Di tahun 2008, AU Kolombia mempersenjatai Super Tucanonya dengan bom Griffin di wilayah udara Ekuador selama "Operasi Phoenix" untuk menghancurkan sel teroris dan berhasil membunuh wakil komandan FARC, Raúl Reyes. Serangan ini menimbulkan ketegangan diplomatik antar kedua negara.
Pada tahun 2006, Embraer berpotensi menjual 24 unit Super Tucano ke Venezuela karena ada permintaan dari AU-nya. Namun dibatalkan secara sepihak oleh Brazil, dimana presiden Venezuela, Hugo Chavez, menyatakan Amerika bertanggung jawab dan berada dibalik pembatalan kontrak pembelian.
Satu Super Tucano juga dibeli oleh anak perusahaan “Blackwater Worldwide”, sebuah lembaga keamanan swasta yang di kontrak militer Amerika di Irak dan Afganistan.
Pada 2008 US Navy menyewa Super Tucano atas perintah U.S. Special Operations Command (US-SOCOM) untuk digunakan mendukung operasional pasukan khusus. 100 pesawat Super Tucano juga tengah ditawarkan pemerintah Brazil kepada US Air Force sebagai pesawat counterinsurgency pada tahun 2009. Amerika sendiri saat ini masih mengandalkan pesawat A-10 Warthog untuk peran pesawat counterinsurgency.
Indonesia Pesan 8 Super Tucano
Diajang pameran industri pertahanan Indo-Defence 2010 lalu, raksasa penerbangan Brasil, Embraer, mengumumkan telah memenangkan kompetisi untuk menyediakan delapan pesawat serang ringan bermesin turbojet Super Tucano bagi TNI AU di Kemayoran, Jakarta pada Rabu (10/11).
Sejauh ini Embraer tidak membeberkan berapa besar nilai perjanjian tersebut, tetapi koran lokal Brazil menyebutkan angka 10 juta dollar AS. Perjanjian itu mencakup sarana pendukung dan paket logistik yang terintegrasi. Rencananya pengiriman pesawat dimulai tahun 2012 nanti.
"Kami sangat senang bahwa TNI AU menjadi pelanggan terbaru dari Sistem Pertahanan Embraer," kata Orlando Jose Ferreira Neto, Wakil Presiden Eksekutif Embraer. "Super Tucano merupakan pesawat serang ringan yang sudah terbukti dan pesawat latih yang sudah maju, yang saat ini sudah digunakan oleh lima angkatan udara. Kami yakin, pesawat itu sangat sesuai dengan kebutuhan Indonesia," tambahnya.
Sebelumnya dua tahun lalu, yakni pada bulan April 2008, TNI AU menyatakan ketertarikannya mengakuisisi 16 unit pesawat Super Tucano untuk menggantikan pesawat COIN, Rockwell OV-10F Bronco di Skuadron 21, Malang, yang telah di kandangkan karena habis masa pakainya. Kedepannya TNI AU berharap pemerintah akan melengkapi jumlah pesawat ini menjadi 1 skuadron (16 unit).
Bahkan pilot senior TNI AU, Marsda TNI Ganjar Wiranegara yang pernah menjajal kehebatan pesawat ini di Brazil pada tahun 2007 lalu merasa kagum atas kemampuan yang dimiliki Super Tucano. "Meskipun pesawat tidak memiliki radar, avionil Super Tucano mampu menerima data link-nya (Send/Receive tracks/waypoint), weapon system status, present position transmission, transmit aircraft systems status, operational coordination serta intelligence information tentang targets dan avoidance area. Untuk terbang malam Super Tucano juga telah dilengkapi Night Vision Goggles (NVG) Gen III, dimana external dan internal lights full NVG compatible.
Komandan Pangkalan Udara (Lanud) TNI-AU Abdul Rahman Saleh Malang, Marsekal Pertama Dwi Putranto pernah mengatakan bahwa pesawat Super Tucano akan ditempatkan di Skuadron 21 yang sebelumnya diisi OV-10F Bronco.
Oktober 2010 lalu persiapan sudah dilakukan, dan dalam waktu dekat tim dari Embraer akan datang ke Lanud Abdul Rahman Saleh guna melihat fasilitas yang ada.
Fasilitas yang akan disempurnakan di antaranya hanggar dan parkir pesawat di Skuadron 21, serta menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. "Diharapkan pada 2011 sudah ada pembangunan fasilitas untuk 16 pesawat," tegasnya.
Pilot-pilot yang akan menerbangkan Super Tocano nantinya akan dilatih di negara produsennya, Brasil. Sebelumnya pilot OV-10 untuk sementara waktu disebar ke beberapa satuan TNI AU. "Setelah Super Tocano datang, mereka akan ditarik kembali," tukasnya.
Copyright Alutsista
EMB-314 Super Tucano, Pengganti Si Kuda Liar (III)
Posted by hary wibowo on 02.23
0 komentar:
Posting Komentar